Ilmu yang dimilikinya merupakan warisan langsung dari sang ayah, Ki Sadiyun Harjadarsana, yang mulai ia gali sejak usia 12 tahun.
Kepergiannya bukan hanya meninggalkan duka yang dalam bagi keluarga, termasuk putranya, Bayu Aji Pamungkas, tetapi juga merupakan kerugian besar bagi khazanah kebudayaan Indonesia.
Ki Anom Suroto telah pergi, namun warisan seni dan dedikasinya akan terus abadi dalam setiap cerita wayang yang pernah dipagelarkannya.