Eva Air dari Negara Mana? Inilah Profil Lengkap Maskapai dan Misteri di Balik Pramugari yang Meninggal Mendadak

Minggu 19 Okt 2025, 13:38 WIB
Kronologi Lengkap Kasus Pramugari Eva Air Meninggal: Fakta di Balik Maskapai Asal Taiwan yang Jadi Sorotan Dunia (Sumber: Dok/Eva Air)

Kronologi Lengkap Kasus Pramugari Eva Air Meninggal: Fakta di Balik Maskapai Asal Taiwan yang Jadi Sorotan Dunia (Sumber: Dok/Eva Air)

Keluarga merespons dengan mengirimkan akta kematian Sun, dan kisah ini kemudian menyebar luas di media sosial, menimbulkan gelombang simpati sekaligus kritik terhadap kebijakan internal Eva Air.

Menanggapi situasi tersebut, Presiden Eva Air, Sun Chia-Ming, menyampaikan permintaan maaf resmi kepada publik dan menyebut wafatnya Sun sebagai “duka mendalam bagi seluruh keluarga besar Eva Air.”

Ia juga menegaskan bahwa manajemen akan melakukan penyelidikan menyeluruh atas kesalahan administratif dan memperkuat komitmen terhadap perlindungan kesejahteraan awak kabin di masa mendatang.

Baca Juga: Rumah Tangga di Ujung Tanduk, Erin Ancam Ungkap Bukti Pengkhianatan Andre Taulany

Spekulasi Penyebab dan Tekanan Kerja di Balik Tragedi

Banyak pengguna media sosial menduga bahwa beban kerja berlebihan mungkin menjadi faktor penyebab utama. Berdasarkan catatan enam bulan terakhir, Sun diketahui memiliki jam terbang rata-rata 75 jam per bulan, yang sebenarnya masih dalam batas regulasi penerbangan Taiwan. Namun, beberapa rekan kerja anonim menyebutkan bahwa Sun tetap diminta bekerja meski dalam kondisi tidak sehat.

Dugaan inilah yang memicu spekulasi bahwa tekanan kerja berlebih dan kurangnya kebijakan cuti medis yang fleksibel berkontribusi terhadap penurunan kesehatannya.

Pihak otoritas Taiwan dan manajemen Eva Air kini tengah menyelidiki kasus ini lebih dalam, termasuk kemungkinan pelanggaran prosedur medis internal dan hak karyawan.

Hingga saat ini, penyebab kematian Sun belum diumumkan secara resmi oleh rumah sakit, sementara publik masih menunggu hasil investigasi lengkap.

Bagi penumpang asal Indonesia, Eva Air beroperasi melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Terminal 3 (T3), Konter D1–D6.
Pihak maskapai menyarankan penumpang untuk datang lebih awal guna menghindari antrean dan keterlambatan proses check-in, terutama untuk rute long-haul menuju Taipei dan Amerika Utara.

Kasus ini bukan hanya tentang kelalaian administratif, tetapi juga refleksi atas dinamika kesejahteraan tenaga kerja global di sektor penerbangan. Dalam industri yang identik dengan profesionalisme dan kemewahan, kisah ini menjadi peringatan bahwa kesehatan dan empati harus tetap menjadi prioritas utama.

Tragedi ini mengingatkan publik bahwa di balik senyum pramugari dan pelayanan prima, terdapat beban fisik dan emosional yang besar sebuah sisi manusiawi yang kerap terabaikan dalam sistem korporasi modern.


Berita Terkait


News Update