Mengapa Patrick Kluivert Gagal di Timnas Indonesia? Ini 5 Penyebab Utamanya

Kamis 16 Okt 2025, 16:25 WIB
Patrick Kluivert, pelatih Timnas Indonesia, yang gagal membawa ke Piala Dunia 2026. (Sumber: Instagram/@patrickkluivert9)

Patrick Kluivert, pelatih Timnas Indonesia, yang gagal membawa ke Piala Dunia 2026. (Sumber: Instagram/@patrickkluivert9)

Dua pelatih pendamping asal Belanda — Gerald Vanenburg (U-23) dan Frank van Kempen (U-20) — juga terkena imbasnya. Kedua nama tersebut merupakan bagian dari struktur kepelatihan bentukan Kluivert yang diharapkan bisa membawa kesinambungan filosofi permainan dari level muda hingga senior.

Namun, hasilnya jauh dari harapan. Tim U-23 gagal menembus babak final turnamen regional, sementara tim U-20 tampil tanpa arah permainan yang jelas. Akhirnya, PSSI memutuskan melakukan pemutusan kontrak massal terhadap seluruh staf asing dalam upaya melakukan “reset total” sistem pembinaan.

Konflik Internal dan Gelombang Kritik Publik

Selain faktor teknis, konflik internal juga menjadi salah satu alasan kuat di balik keputusan pemecatan ini. Sumber dari lingkungan PSSI menyebutkan adanya ketegangan antara staf lokal dan staf asing yang bekerja di bawah Kluivert.

Perbedaan pandangan mengenai metode latihan, pemilihan pemain, hingga pembagian peran dalam staf teknis menimbulkan friksi yang berdampak langsung terhadap atmosfer tim. Beberapa pelatih lokal menilai Kluivert kurang terbuka terhadap masukan, dan lebih mengutamakan asistennya dari Belanda.

Kondisi ini memicu kritik keras dari publik dan para legenda sepak bola Indonesia. Mereka menilai bahwa pelatih asing seharusnya mampu menghargai kultur lokal dan menjadikan kerja sama dengan pelatih Indonesia sebagai kekuatan, bukan perbedaan.

Hilangnya Karakter “Garuda” di Lapangan

Ciri khas Timnas Indonesia selama ini adalah semangat juang tinggi, agresivitas, dan determinasi tanpa henti — nilai yang sering disebut sebagai “karakter Garuda”. Namun, di era Kluivert, ciri khas tersebut seolah menghilang.

Timnas kerap tampil pasif, mudah kehilangan fokus, dan tidak menunjukkan reaksi kuat saat tertinggal. Banyak pengamat menilai hilangnya semangat nasional ini sebagai sinyal bahwa sistem kepelatihan Kluivert gagal menyentuh sisi emosional dan mental pemain.

Inilah titik balik yang mendorong PSSI untuk melakukan perombakan menyeluruh, bukan hanya dalam hal pelatih, tetapi juga filosofi pembinaan dari akar rumput hingga level senior.

Evaluasi dan Arah Baru PSSI

Setelah keputusan pemecatan diumumkan, Ketua Umum PSSI menegaskan bahwa langkah ini diambil demi masa depan sepak bola Indonesia yang lebih berkelanjutan. Federasi kini tengah menyiapkan konsep baru pembinaan dengan menekankan adaptasi taktik lokal, kolaborasi internasional yang sehat, serta peningkatan kapasitas pelatih domestik.

Selain itu, PSSI berencana untuk membangun sistem scouting nasional yang lebih terintegrasi dengan akademi sepak bola daerah.

Tujuannya agar regenerasi pemain tidak lagi bergantung pada keberuntungan, tetapi pada perencanaan jangka panjang yang berbasis data.

Baca Juga: Waspada! Begini Ciri-ciri WhatsApp Disadap dan Cara Mengamankannya

Pelajaran dari Kasus Patrick Kluivert


Berita Terkait


News Update