Pedagang Pasar Pramuka 'Menjerit' di Tengah Rencana Kenaikan Sewa Kios

Sabtu 11 Okt 2025, 19:52 WIB
Aktivitas di Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, Sabtu, 11 Oktober 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: M Tegar Jihad)

Aktivitas di Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, Sabtu, 11 Oktober 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: M Tegar Jihad)

"Makanya kita tetap memperjuangkan,kita masih ingin tetap mencari nafkah di sini ,kita masih pengen menggunakan tempat Pasar Jaya ini. Maka dari itu meminta kebijakan dari perumda yang bisa kita sepakati bersama," kata dia.

Adapun, dikatakan Yudha, di Pasar Pramuka ada sekitar ratusan toko dengan berbagai macam pedagang yang bergantung hidup dalam mencari nafkah di Pasar Pramuka itu.

Baca Juga: Biaya Sewa Kios Pasar Pramuka Naik 4 Kali Lipat, Asosiasi Pedagang Ngadu ke Gubernur Pramono

"Total pedagang di sini ada 398 toko kita taruh aja misalkan sampai 400, satu toko isinya 3 orang, pemilik, anak buah 2 orang misalnya ambil kayak gitu berarti kan yang bergantung hidup di sini kan 1200 orang,belum lagi berapa orang jumlah keluarga di rumah,” tutur dia.

Sementara itu, Alexander, pedagang farmasi berusia 70 tahun yang telah menghabiskan lebih dari tiga dekade hidupnya di pasar menyebut, bukan lagi ramai pembeli atau stok obat yang jadi pikirannya.

Melainkan kenaikan harga sewa kios akibat program revitalisasi yang dilakukan oleh Perumda Pasar Jaya.

Alexander mengaku keberatan terhadap biaya sewa baru yang nilainya mencapai Rp425 juta untuk 20 tahun, ditambah 11 persen PPN.

Meski ada potongan harga 5 persen, ia menilai angka itu tetap terlalu tinggi bagi pedagang kecil seperti dirinya.

“Harga sewa ini udah pasti berat, masih berat banget. Harga kios itu kan tergantung daya beli masyarakat. Kalau pembelinya rame, harga bisa mahal. Tapi kalau sekarang sepi, gimana bisa sanggup?” ucap Alexander.

Alexander yang telah berdagang dari tahun 1991 itu membandingkan kondisi saat ini dengan masa-masa keemasan Pasar Pramuka dulu.

“Dulu ramai, banyak pembeli datang. Kalau rame, uang muter, bayar sewa juga nggak berat. Tapi sekarang jual beli sepi, orang banyak belanja online. Otomatis omset turun, penghasilan juga kecil. Sewa mahal kayak gini ya pasti kami tolak,” kata Alexander.

Menurut Alexander, harga kios di pasar bergantung pada daya beli masyarakat dan ramainya pengunjung.


Berita Terkait


News Update