POSKOTA.CO.ID - Pre-order iPhone 17 menciptakan awal yang menggembirakan bagi raksasa teknologi Apple, mengisyaratkan sebuah siklus penjualan yang kembali perkasa.
Data terkini dari Morgan Stanley mengonfirmasi bahwa respons pasar terhadap seri terbaru ini melampaui ekspektasi, dengan permintaan yang terutama terkonsentrasi pada varian andalan, iPhone 17 Pro dan Pro Max.
Fenomena ini langsung terlihat dari memanjangnya waktu tunggu pengiriman, sebuah indikator klasik yang membangkitkan memori akan masa-masa kejayaan peluncuran produk Apple.
Namun, di balik gemuruh kesuksesan itu, sebuah kabar kurang sedap justru datang dari lini produk yang seharusnya menjadi bintang baru.
Baca Juga: Berapa Harga iPhone 17 Pro Max di iBox dan Digimap? Cek Daftar Lengkapnya di Sini
iPhone Air, varian ultra-tipis yang diharapkan dapat mencuri perhatian dengan desain revolusionernya, ternyata mencatatkan respons awal yang suram dan di bawah proyeksi.
Kontras yang tajam antara laris manisnya seri utama dan lesunya model "anak emas" baru ini menyisakan tanda tanya besar tentang strategi diferensiasi produk Apple di tengah persaingan pasar yang semakin padat.
Kondisi ini menempatkan Apple pada posisi yang dilematis. Di satu sisi, mereka harus menjaga momentum positif dari penjualan iPhone 17 dengan mempercepat produksi.
Di sisi lain, mereka perlu mencari formula tepat untuk menghidupkan minat terhadap iPhone Air, sambil bersiap untuk lompatan inovasi terbesarnya dalam beberapa tahun terakhir: peluncuran iPhone lipat yang telah lama dinantikan.
Permintaan Tinggi, Produksi Digenjot
Berdasarkan laporan terbaru dari analis ternama Morgan Stanley, Erik Woodring, jajaran iPhone 17, terutama varian Pro dan Pro Max, menikmati permintaan awal yang "sedikit lebih kuat dari perkiraan." Buktinya, waktu pengiriman di toko online Apple untuk seri baru ini mulai mengalami perpanjangan, sebuah indikator klasik tingginya minat konsumen.
Merespons sinyal kuat ini, rantai pasokan Apple dikabarkan telah bersiap untuk menaikkan level produksi. Dalam catatan risetnya, Woodring memproyeksikan bahwa pada paruh kedua 2025, produksi iPhone baru akan ditingkatkan menjadi lebih dari 90 juta unit. Angka ini mengalami kenaikan signifikan dari estimasi sebelumnya yang hanya berkisar antara 84-86 juta unit.
Dampak positif ini langsung terrefleksi di pasar saham. Morgan Stanley secara resmi menaikkan target harga saham Apple menjadi US$298, mengukuhkan keyakinan terhadap performa jangka pendek perusahaan.
Baca Juga: Pre Order iPhone 17 Series Resmi Dibuka di Indonesia, Cek Cara Belinya di iBox
"Si Tipis" yang Terjepit: Misteri Kegagalan iPhone Air
Namun, di balik laporan yang sebagian besar positif, terselip kabar kurang sedap. Pemeriksaan rantai pasokan mengungkap bahwa iPhone Air, model ultra-tipis yang sangat diunggulkan Apple, justru mengalami "permintaan yang relatif lemah."
Fenomena ini menimbulkan tanda tanya besar. Apakah strategi Apple memperkenalkan varian "ultra-tipis" di tengah jajaran flagship-nya justru tidak tepat sasaran? Ataukah harga yang ditawarkan untuk fitur 'ketipisan' tersebut dinilai tidak sepadan oleh konsumen? Kelemahan ini menjadi batu sandungan tak terduga dalam momentum peluncuran produk Apple tahun ini.
Baca Juga: Cek Harga dan Cara Pre Order iPhone 17 Series di iBox dan Digimap
Masa Depan: Antara Kekhawatiran Jangka Pendek dan Ekspektasi Inovasi Besar
Para analis mengingatkan bahwa meski permintaan iPhone 17 kuat, kenaikan harga saham saat ini dinilai telah mencerminkan hal tersebut. Mereka menunggu katalisator baru untuk mendorong kinerja saham yang lebih berkelanjutan.
Katalisator yang dimaksud ternyata sudah ada di depan mata. Morgan Stanley menyatakan optimismenya terhadap pengiriman iPhone pada tahun 2026 dan 2027. Alasan utamanya? Apple secara luas diperkirakan akan merilis iPhone lipat pertamanya pada September 2026.
Dalam pernyataan yang provokatif, mereka menulis, "iPhone sudah mulai ketinggalan zaman dan inovasi terbesar Apple dalam beberapa tahun terakhir akan hadir dalam waktu kurang dari 12 bulan."
Pernyataan ini seperti mengonfirmasi bahwa masa depan Apple tidak lagi bertumpu pada desain tradisional, tetapi pada lompatan inovatif berupa perangkat yang dapat dilipat.