Pro Kontra Pemilik Warteg tentang Kawasan Bebas Rokok di Jakarta

Senin 15 Sep 2025, 14:21 WIB
Ilustrasi warteg. (Sumber: Poskota/Muhammad Tegar Jihad)

Ilustrasi warteg. (Sumber: Poskota/Muhammad Tegar Jihad)

"Bagus kalau ada kawasan tanpa rokok. Soalnya kan warteg itu banyak orang makan, nggak cuma satu dua orang. Kalau ada yang merokok, asapnya otomatis kena orang lain. Itu bisa bikin nggak nyaman," katanya.

Ia mengaku pernah mendapat keluhan dari pelanggan yang terganggu dengan asap rokok.

Namun, sebagai pemilik usaha kecil, ia tidak punya cukup keberanian untuk menegur pengunjung perokok.

Baca Juga: Kebakaran di Gedung Gegana Kramat Raya, Diduga Akibat Puntung Rokok

"Kadang ada yang protes, tapi kita bingung juga mau bilang apa. Kan warteg tempat umum. Jadi kalau ada aturan resmi, justru enak, semua bisa lebih tertib," ujarnya.

Retiana menyebut, pendapatan bersih wartegnya tidak terlalu besar. Dari omzet harian Rp300-Rp400 ribu, keuntungan bersih yang bisa ia bawa pulang sekitar Rp100 ribu.

"(Penghasilan) enggak banyak karena kita bukan warteg gede ya paling lah 300 400 sehari itu udah termasuk modal pendapatan bersihnya bisa 100 sehari," ucap dia.

Meski begitu, ia percaya aturan KTR tidak akan banyak memengaruhi omzet karena pelanggan tetap akan datang untuk makan. (CR-4)


Berita Terkait


News Update