"Ke depannya, Infranexia bukan hanya sebagai aset infrastruktur, tetapi sebagai platform pertumbuhan yang memainkan peran vital dalam rangka fiberisasi Indonesia,” tambahnya.
Fixed Mobile Convergence (FMC) yang menjadi salah satu inisiatif transformasi perusahaan yang saat ini dijalankan oleh Telkomsel fokus dalam mempersiapkan peluang unlock value dengan optimalisasikan nilai dari infrastruktur yang telah dimiliki, Memastikan layanan yang berkualitas, meningkatkan pengalaman dan memberikan nilai tambah lebih bagi pelanggan selalu menjadi prioritas utama perusahaan.
Untuk itu, pada layanan mobile broadband, Telkomsel melakukan penguatan strategi bundling dan cross-selling guna meningkatkan kemudahan bagi pelanggan.
Sementara itu, peluang pertumbuhan masih sangat besar pada bisnis fixed broadband, sehingga Telkomsel akan fokus pada penetrasi ke pasar-pasar potensial, menjangkau lebih banyak pelanggan baru, dan menjaga pendapatan yang berkesinambungan melalui strategi bundling layanan digital.
Berkat kombinasi pertumbuhan di mobile dan fixed broadband, Telkom tetap optimis dapat menjaga profitabilitas dan memberikan nilai tambah bagi seluruh pemegang saham.
“Kami melihat prospek bisnis FBB ke depannya diharapkan akan lebih baik dimana target kami adalah untuk meningkatkan penetrasi pelanggan FBB yang saat ini masih di sekitar 16-17 persen serta berfokus pada pelanggan yang berkualitas," tutur Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko Telkomsel, Daru Mulyawan.
"Kami berharap mampu mencapai target tahunan penambahan pelanggan sekitar 800 ribu hingga 1 juta pelanggan tahun ini. Dimana sampai dengan Juni 2025, kami telah memperoleh penambahan pelanggan sekitar 449 ribu pelanggan dan mencapai total sekitar 10 juta pelanggan,” kata dia..
Perkuat Fondasi Bisnis, Telkom Tunjukkan Progres Positif Transformasi
Direktur Wholesale & International Service Telkom, Honesti Basyir memaparkan kinerja perseroan. Hingga semester I 2025, Telkom membukukan pendapatan sebesar Rp73,0 triliun, menurun 3,0 persen daripada tahun lalu.
Penurunan tersebut disebabkan karena pelemahan makroekonomi serta pergeseran strategis dari volume ke kualitas. Meskipun demikian, kemampuan Telkom untuk menjaga profitabilitas tetap terlihat, hal tersebut tercermin dari EBITDA yang mencapai Rp36,1 triliun dengan margin EBITDA sebesar 49,5 persen. Laba bersih tercatat Rp11,0 triliun, dengan margin laba bersih sebesar 15,0 persen mencerminkan kombinasi efisiensi operasional dan penguatan disiplin modal.
Baca Juga: Transparansi Pemulihan SKKL, Telkom Terima Audiensi Pemda dan Berbagai Komunitas Papua Selatan
Sepanjang paruh pertama 2025, Telkom telah menggunakan belanja modal perseroan mencapai 13 persen dari total pendapatan, menurun dibandingkan periode tahun lalu sebesar 15,5 persen. Penurunan ini tidak mencerminkan pengurangan investasi, melainkan merupakan hasil dari implementasi efisiensi serta penerapan spesifikasi yang lebih tepat guna, tanpa mengurangi kualitas layanan.