Kopi Pagi: Jejak Kesakralan Istana Cipanas. (Sumber: Poskota)

Kopi Pagi

Kopi Pagi: Jejak Kesakralan Istana Cipanas

Sabtu 06 Sep 2025, 07:09 WIB

Di kaki Gunung Gede yang hijau dan sejuk, berdiri sebuah istana yang menyimpan banyak cerita: Istana Cipanas. Tempat ini bukan sekadar bangunan peninggalan kolonial yang kini menjadi milik negara, melainkan juga ruang saksi bisu perjalanan bangsa.

Dari udara yang segar, pepohonan yang rindang, hingga aliran sumber air panas alami yang mengandung mineral, semuanya menghadirkan harmoni antara manusia dan jagat raya.

Sumber mata air panas Cipanas sendiri menyimpan misteri. Konon sejak dulu dipercaya sebagai anugerah bumi yang membawa penyembuhan, mengalirkan energi positif, sekaligus kekuatan untuk menyucikan batin.

Tak heran bila kawasan ini dianggap memiliki kesakralan, bukan karena mistik, tetapi di sinilah manusia bisa merasakan betapa dekat dirinya dengan alam. Bukankah dalam setiap desir angin dan aliran air, kita dapat menemukan kesejukan jiwa?

Baca Juga: Kopi Pagi: Erosi Legitimasi

Keindahan Istana Cipanas kerap membuat siapa pun betah berlama-lama. Udara dingin pegunungan bersanding dengan hangatnya mata air yang menyembul dari rahim bumi, menciptakan kontras yang selaras.

Lingkungan yang asri ini seperti mengingatkan kita pada sebuah pesan luhur Jawa: tresna dhumateng jagad menika sami kaliyan tresna dhumateng dhiri pribadhi — cinta kepada alam semesta sejatinya haruslah seperti mencintai diri sendiri — sebab merawat jagat sama dengan merawat jiwa, menjaga batin kita agar tetap jernih dan cerah.

Tak hanya menyimpan panorama, Istana Cipanas juga menyimpan jejak sejarah keluarga besar negeri ini. Menjadi simbol kesinambungan kepemimpinan bangsa kita, sejak era perjuangan, kemerdekaan hingga sekarang.

Pada tahun 2011, halaman asri istana ini menjadi tempat sakral pelaksanaan akad nikah, sekarang Wakil Ketua DPR, Edhie Baskoro Yudhoyono, putra Presiden ke-6 RI,Susilo Bambang Yudhoyono, dengan Siti Ruby Aliya Rajasa, putri dari Menko Perekonomian 2009–2014 M. Hatta Rajasa.

Baca Juga: Kopi Pagi: Pemimpin Harus Tegas, Rakyat Menunggu Keberpihakan

Peristiwa itu bukan sekadar pernikahan, melainkan juga penanda bersatunya dua trah politik penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia.

Menyebut nama Hatta Rajasa, pikiran kita seperti diajak menelusuri benang merah sejarah. Ada gema nama Bung Hatta, proklamator yang mewariskan nilai kesederhanaan dan prinsip demokrasi ekonomi Pancasila. Ada pula bayangan jauh ke belakang, Kertarajasa Jayawardhana atau Raden Wijaya, pendiri Majapahit, yang mengawali persatuan Nusantara.

Meski berbeda zaman, ketiganya memiliki kesamaan: lahir di masa transisi besar, membawa visi persatuan, dan meninggalkan warisan pemikiran bagi bangsa.

Bung Hatta mengajarkan bahwa kemerdekaan tak berarti bila rakyat tak sejahtera. Raden Wijaya menunjukkan bahwa diplomasi dan kecerdikan mampu melahirkan kerajaan besar. Sedangkan Hatta Rajasa, dengan perannya dalam pemerintahan, menegaskan kesinambungan tradisi kepemimpinan yang selalu berhadapan dengan tantangan zaman. Tiga nama, tiga jejak, satu semangat: membangun negeri dengan cinta dan pengabdian.

Maka, Istana Cipanas bukan hanya menjadi tempat peristirahatan presiden. Bukan pula pernah dijadikan ruang sidang mengambil keputusan maha penting bagi keberlangsungan bangsa kita, melainkan juga simbol persinggungan antara alam, sejarah, dan manusia.

Baca Juga: Kopi Pagi: Keberagaman Antar Kesejahteraan

Di sana kita belajar bahwa keindahan alam bisa menjadi ruang kontemplasi, kesakralan peristiwa bisa menjadi pengingat, dan nama-nama besar bisa menjadi inspirasi.

Di pagi yang sejuk ini, sambil menyeruput kopi hangat, marilah kita resapi pesan Istana Cipanas: menjaga cinta kepada alam, menyatukan diri dengan sejarah, dan meneruskan api perjuangan para pendahulu.

Karena pada akhirnya, negeri ini akan tetap lestari dan jaya abadi, bila kita mampu memelihara cinta—kepada jagat, kepada sesama, dan kepada diri sendiri. (Azisoko)

Tags:
Kopi PagiGunung GedeIstana Cipanas

Tim Poskota

Reporter

Fani Ferdiansyah

Editor