Transformasi Transportasi Jakarta: Stasiun MRT Glodok-Kota Dibangun Hutama Karya dengan Arsitektur Kontekstual (Sumber: Dok/Hutama Karya)

JAKARTA RAYA

Hutama Karya Bangun Stasiun Bawah Tanah Glodok-Kota, Perpaduan Modernitas dan Sejarah Kota Tua

Jumat 05 Sep 2025, 14:00 WIB

POSKOTA.CO.ID - Kawasan Glodok dan Kota Tua Jakarta dikenal sebagai ruang dengan jejak panjang sejarah, aktivitas perdagangan, hingga destinasi wisata yang tak pernah sepi.

Di tengah denyut kehidupan itu, proyek MRT Jakarta Fase 2A CP203 hadir bukan hanya untuk menghadirkan moda transportasi massal modern, melainkan juga menulis ulang narasi kota: bagaimana warisan sejarah bisa berpadu dengan kebutuhan mobilitas masa kini.

PT Hutama Karya (Persero) bersama mitra kerja terus menggarap pembangunan dua stasiun bawah tanah—Glodok dan Kota—serta terowongan sepanjang 1,459 km.

Penandatanganan kontrak dilakukan sejak April 2021, dengan target penyelesaian pertengahan 2027 setelah proses penyesuaian akibat temuan cagar budaya berupa rel trem dan drainase terracotta.

Baca Juga: Apa Itu Malaka Project? Simak Fakta Lengkap, Pemilik, dan Pihak di Baliknya

Arsitektur yang Bercerita

Salah satu daya tarik utama CP203 adalah pendekatan desain yang berbasis pada narasi sejarah kawasan.

Desain ini memberi pengalaman berbeda bagi pengguna. Bukan sekadar transit, melainkan perjalanan yang menghadirkan rasa keterhubungan dengan sejarah Jakarta.

Integrasi Antarmoda yang Nyaman

Fase 2A CP203 dirancang sebagai Transit Oriented Development (TOD). Fitur yang dihadirkan meliputi:

Lebih jauh, penataan kawasan mengikuti Urban Design Guidelines (UDGL) Kota Tua. Pelebaran trotoar, peningkatan konektivitas antarmoda, dan dukungan terhadap Low Emission Zone (LEZ) menjadi bagian penting dari strategi pembangunan.

Pembangunan arsitektur Stasiun MRT Glodok dan Kota, memadukan identitas heritage dengan desain modern. (Sumber: Dok/Hutama Karya)

Teknologi Konstruksi di Kawasan Padat Sejarah

Membangun stasiun bawah tanah di jantung kawasan heritage jelas bukan pekerjaan biasa. Tim proyek menggunakan metode top-down dengan dinding diafragma dan plat bertahap, sementara terowongan digarap dengan Tunnel Boring Machine (TBM).

Beberapa langkah penting yang dilakukan:

Pendekatan ini menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur modern bisa sejalan dengan pelestarian warisan sejarah.

Dimensi dan Kompleksitas Stasiun

Kedua stasiun yang sedang dibangun memiliki skala besar dengan spesifikasi berbeda:

Teknologi perencanaan digital (BIM) diterapkan agar sistem arsitektur, listrik, air, dan ventilasi tidak saling bertabrakan. Hal ini mempercepat pengerjaan sekaligus menjaga kualitas hasil konstruksi.

Keselamatan, Lingkungan, dan Kenyamanan

Keselamatan menjadi prioritas utama. Setiap stasiun dilengkapi dengan:

Kebisingan lingkungan dipantau secara rutin, sementara lalu lintas dan utilitas diuji coba terlebih dahulu agar tidak mengganggu masyarakat.

Sentuhan Sosial: Pemberdayaan Masyarakat

Proyek ini tidak hanya berbicara beton dan baja. Hingga Juli 2025, 879 pekerja terlibat, dengan 97,3% di antaranya tenaga kerja lokal. Selain itu, tim proyek menjalankan program tanggung jawab sosial berupa:

Proyek ini lebih dari sekadar jalur bawah tanah. Ia adalah jembatan emosional yang menghubungkan warga dengan sejarah dan identitas kota.

Bagi pedagang Glodok, stasiun MRT baru akan membawa lebih banyak pengunjung. Bagi pejalan kaki, trotoar lebar dan akses ramah disabilitas menciptakan rasa aman dan inklusif. Bagi wisatawan, perjalanan menuju Kota Tua akan lebih mudah dan menyenangkan.

Yang menarik, proyek ini menunjukkan bahwa pembangunan besar tidak harus menghapus identitas lama. Justru, dengan pendekatan arsitektur naratif, MRT Jakarta menghadirkan ruang publik yang mendidik, menghibur, sekaligus memudahkan mobilitas.

Baca Juga: Bripka Rohmat Kena Sanksi Demosi 7 Tahun Usai Lindas Driver Ojol Affan Kurniawan

Dampak ke Depan

Ketika beroperasi nanti, lintasan Glodok–Kota diharapkan:

Lebih dari itu, CP203 adalah contoh bagaimana sebuah kota bisa beradaptasi dengan modernitas tanpa kehilangan akarnya.

Proyek MRT Jakarta Fase 2A CP203 adalah potret bagaimana transportasi massal tidak hanya soal efisiensi perjalanan, tetapi juga tentang menjaga identitas kota, memanusiakan ruang publik, dan merawat sejarah.

Seperti disampaikan oleh Adjib Al Hakim, EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya: “Tujuannya bukan sekadar menghadirkan transportasi massal yang andal, tetapi juga memperkaya ruang kota dan memudahkan perpindahan antarmoda.”

Dengan konstruksi yang presisi, integrasi antarmoda, serta desain yang bercerita, MRT Glodok–Kota siap menjadi ikon baru Jakarta yang menyatukan masa lalu dan masa depan.

Tags:
Proyek MRT Kota TuaHutama Karya MRTStasiun MRT KotaStasiun MRT GlodokMRT Jakarta Fase 2A CP203

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor