Sebagai sebuah kota, Jakarta tidak hanya membutuhkan pembangunan fisik, tetapi juga pembangunan karakter warganya. Dari perspektif pelajar, kampanye ini memberi rasa aman karena mereka tidak dipandang sebagai “masalah,” tetapi sebagai mitra pemerintah.
Dari sisi orang tua, kampanye ini bisa menjadi momentum untuk memperkuat komunikasi dengan anak. Orang tua sering khawatir ketika anak terlibat dalam demonstrasi atau pergaulan berisiko. Dengan adanya regulasi yang jelas—misalnya, hak KJP Plus dan KJMU tidak dicabut selama tidak ada tindak pidana—orang tua lebih tenang bahwa anak mereka tetap terlindungi.
Hak Konstitusional vs Tindakan Destruktif
Salah satu poin penting adalah penegasan bahwa hak menyampaikan pendapat tidak sama dengan perilaku destruktif. Pelajar yang ikut menyampaikan aspirasi tidak otomatis kehilangan hak pendidikan, selama tidak melakukan kekerasan atau perusakan.
Hal ini penting, karena generasi muda perlu memahami bahwa demokrasi selalu berjalan beriringan dengan tanggung jawab.
Pendidikan sebagai Fondasi Karakter Kota
Sekolah di Jakarta kini dihadapkan pada tantangan baru: bukan hanya mencetak siswa berprestasi akademis, tetapi juga generasi yang mampu menjadi warga kota yang baik.
Beberapa sekolah mulai mengintegrasikan kampanye ini dalam program intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, misalnya:
- Kegiatan literasi kota, di mana siswa diajak menulis refleksi tentang peran mereka menjaga lingkungan Jakarta.
- Program adiwiyata, yang menanamkan kepedulian terhadap fasilitas umum dan lingkungan.
- Pelatihan demokrasi sekolah, yang melatih siswa menyampaikan aspirasi secara tertib melalui forum OSIS atau musyawarah kelas.
Dengan begitu, pendidikan di Jakarta bukan hanya tentang ujian nasional, melainkan tentang menyiapkan warga kota yang beradab.
Baca Juga: Bapenda Kota Bekasi Diberi Target Perbaiki PAD dalam Setahun
Menjaga Jakarta Sama dengan Menjaga Diri Sendiri
Menjaga kota sebenarnya berarti menjaga diri sendiri. Ketika pelajar membuang sampah pada tempatnya, ia sedang menjaga kesehatan dirinya. Ketika tidak ikut tawuran, ia sedang melindungi masa depannya. Ketika menjaga fasilitas umum, ia sedang menjaga kesempatan belajar dan hidup nyaman di kota.
Jakarta adalah cermin penghuninya. Jika warganya, khususnya generasi muda, bertanggung jawab, maka wajah kota akan ikut berubah menjadi lebih baik.
Kampanye #JagaJakartaBareng bukan hanya program lokal, tetapi juga model bagi kota lain di Indonesia. Mengajak pelajar menjadi agen perubahan adalah strategi jangka panjang yang akan menghasilkan dampak berkelanjutan.
Generasi muda yang dilatih untuk bertanggung jawab sejak dini akan tumbuh menjadi pemimpin yang tidak hanya cerdas, tetapi juga peduli.