Bek berusia 33 tahun, Jordi Amat, menyadari hal ini:
“Saya tahu mereka (Dewa United) bermain sepak bola dengan sangat baik, sama seperti kami. Jadi ini akan menjadi pertandingan yang seimbang, siapa yang bisa mengendalikan permainan.”
Pernyataan itu menandakan bahwa Persija tidak bisa sekadar mengandalkan nama besar. Mereka harus bekerja keras untuk memastikan tiga poin.
Baca Juga: Erika Carlina Bukan Satu-satunya! Wanita Lain Ngaku Punya Anak dari DJ Panda, Siapa Dia?
Rivalitas di Lapangan, Persahabatan di Luar
Salah satu keindahan sepak bola adalah kemampuannya menghadirkan dualitas: persahabatan dan rivalitas. Di luar lapangan, Jordi dan trio Timnas bisa bercanda, berbagi pengalaman, bahkan makan bersama. Tetapi ketika peluit kick-off berbunyi, semua ikatan personal harus ditanggalkan.
Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Di level global, kita melihat bagaimana pemain yang bersahabat di Tim Nasional seperti Lionel Messi dan Neymar harus bersaing habis-habisan saat membela klub berbeda.
Jordi dan sahabat-sahabatnya memberi pesan penting: profesionalisme berarti mampu memisahkan urusan personal dengan tanggung jawab kerja.
Di balik rivalitas, ada rasa hormat yang mendalam. Justru, pertandingan semacam ini bisa memperkuat hubungan persahabatan, karena masing-masing pemain tahu bahwa satu sama lain bermain dengan sepenuh hati.
Bagi suporter, ini juga menjadi pengingat bahwa sepak bola bukan hanya soal menang atau kalah, melainkan soal menghargai perjuangan dan hubungan antar manusia.