POSKOTA.CO.ID – Perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia dirayakan dengan meriah di seluruh penjuru negeri. Namun di balik euforia tersebut, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, menekankan perlunya refleksi lebih dalam mengenai makna kemerdekaan.
“Hari ini kita saksikan seluruh rakyat Indonesia merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia yang ke-80. Terjadi hingar-bingar, gegap gempita, ada kebahagiaan, ada euforia menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia,” kata Adi Prayitno dalam keterangannya, dikutip dari kanal YouTube miliknya.
Menurutnya, usia 80 tahun merupakan momentum penting untuk meninjau kembali capaian bangsa sekaligus menyelesaikan persoalan yang belum tuntas.
“80 tahun adalah usia yang cukup matang sebenarnya untuk bagaimana kita bersama-sama secara kolektif memaknai kemerdekaan, mempersiapkan Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar, bangsa yang kompetitif, bangsa yang maju jika disandingkan dengan negara-negara lain,” ujarnya.
Adi menekankan bahwa makna kemerdekaan bukan hanya bebas dari kolonialisme, melainkan juga merdeka dari berbagai persoalan struktural.
“Yang paling penting adalah kita harus berpikir bagaimana di usia yang ke-80, Indonesia itu secara perlahan harus mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang selama ini tidak pernah ada solusinya,” katanya.
Ia menyebutkan sejumlah isu yang menurutnya harus segera ditangani, antara lain kemiskinan, ketidakadilan, kebodohan, korupsi, hingga praktik penambangan ilegal.
“Di usianya yang ke-80, kita juga berharap semoga persoalan-persoalan korupsi yang terjadi di Indonesia dari hulu hingga hilir, dari kota hingga desa itu selesai dan jangan pernah ada lagi itu terjadi di Indonesia,” tambahnya.
Baca Juga: Parade HUT ke-80 RI di Depok, Warga Tirukan Kostum Prabowo hingga KDM
Adi juga menyoroti kesenjangan sosial dan fenomena segelintir elite yang menurutnya hanya memperkaya diri sendiri. “Kita tak mau lagi mendengarkan apa yang disebut dengan ‘serakah-nomik’ segelintir elit, orang-orang kaya yang hanya berpikir untuk diri dan kelompoknya, tapi abai dengan persoalan-persoalan kerakyatan,” katanya.