POSKOTA.CO.ID - Film animasi Merah Putih One For All tiba-tiba menjadi perbincangan hangat di media sosial jelang peringatan HUT ke-80 RI (Republik Indonesia).
Tak hanya karena tema nasionalismenya, melainkan juga lantaran pengakuan mengejutkan dari Sonny Pudjisasono, sang produser eksekutif, yang mengungkapkan bahwa film ini menghabiskan anggaran produksi hingga Rp6,7 miliar, dibuat hanya dalam waktu dua bulan.
Anggaran fantastis itu langsung memantik kontroversi, terutama setelah trailer film dirilis dan menuai kritik pedas dari netizen.
Banyak yang mempertanyakan kualitas visual yang dianggap tidak sepadan dengan biaya besar, sementara Sonny justru bersikukuh bahwa film ini lebih berfokus pada pesan persatuan daripada sekadar tampilan grafis. Siapa sebenarnya sosok di balik proyek yang mengundang pro-kontra ini?
Baca Juga: Simak Fakta Mencengangkan di Balik Film Animasi Merah Putih One For All dengan Anggaran Rp6,7 M
Profil Sonny Pudjisasono: Dari Layar Tancap ke Politik
Sonny Pudjisasono bukanlah nama asing di jagad perfilman Indonesia. Ia adalah Direktur Utama Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail sekaligus Ketua Umum Perfiki Kreasindo (Perusahaan Film Indonesia Kreasindo), rumah produksi di balik Merah Putih One For All.
Selain berkecimpung di dunia film, Sonny juga dikenal sebagai pengusaha bioskop keliling (layar tancap) yang membawa hiburan ke pelosok negeri. Tak hanya itu, ia pernah aktif di dunia politik sebagai mantan Ketua Umum Partai Buruh (2002) dan sempat mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dari Dapil Papua Tengah I, meski gagal terpilih.
Baca Juga: Film Animasi Merah Putih One For All Dapat Kritikan Netizen, Visual Jadi Sorotan Utama
Kontroversi Anggaran Rp6,7 Miliar vs Kualitas Visual
Trailer Merah Putih One For All yang dirilis awal Agustus 2025 langsung memicu perdebatan. Banyak netizen mempertanyakan kualitas grafis yang dinilai tidak sebanding dengan anggaran besar.
Beberapa komentar pedas bermunculan:
- "Grafiknya kayak animasi zaman batu!" – @riski_pan***
- "Hah, 7 miliar hasilnya gini?" – @fifolut***
- "Nasionalisme oke, tapi teknisnya perlu evaluasi." – @mov***
Sonny sendiri membela proyek ini dengan menyatakan bahwa fokus film adalah nilai persatuan dan edukasi, bukan sekadar visual. Namun, kritik tajam dari publik menunjukkan tantangan besar industri animasi Indonesia dalam memenuhi ekspektasi penonton.
Peran Perfiki dan Visi Sonny untuk Film Nasional
Perfiki, di bawah kepemimpinan Sonny, berkomitmen memajukan perfilman Indonesia lewat karya-karya bernuansa nasionalis. Merah Putih One For All adalah salah satu upaya mereka, meski hasilnya masih diperdebatkan.
Dengan latar belakangnya di bioskop keliling, Sonny ingin menciptakan film yang bisa dinikmati semua kalangan, termasuk masyarakat di daerah terpencil. Namun, apakah strategi ini berhasil? Jawabannya masih terbuka.
Akan Jadi Film Terobosan atau Bumerang?
Publik kini menunggu rilis resmi film tersebut pada 17 Agustus 2025, bertepatan dengan HUT RI ke-80. Apakah Merah Putih One For All akan berhasil menyampaikan pesan persatuan, atau justru semakin memperuncing kritik terhadap kualitas animasi Indonesia?
Satu hal yang pasti: Sonny Pudjisasono dan timnya telah berhasil mencuri perhatian—meski dengan cara yang tak terduga.