Perbedaan Tokenomik Solana vs Ethereum. (Sumber: YouTube/Paul Barron Network)

EKONOMI

Apa Perbedaan Tokenomik Solana vs Ethereum? Berikut 6 Aspek Utamanya

Sabtu 09 Agu 2025, 13:20 WIB

POSKOTA.CO.ID - Dalam ekosistem kripto yang terus berkembang, pemahaman mengenai tokenomik suatu proyek blockchain menjadi fondasi penting sebelum mengambil keputusan investasi.

Tokenomik tidak hanya membahas struktur distribusi token, tetapi juga mencakup model inflasi, mekanisme konsensus, serta skema insentif bagi pengguna dan validator.

Dua jaringan yang kerap dibandingkan dalam aspek ini adalah Solana (SOL) dan Ethereum (ETH).

Keduanya memiliki pengaruh besar di pasar kripto, namun menawarkan pendekatan yang berbeda dalam membangun ekosistem ekonominya.

Baca Juga: Pinjaman Modal Usaha Rp150 Juta KUR BRI 2025, Bunga 6 Persen Cicilan Mulai Rp3 Jutaan

Solana dikenal berkat kecepatan tinggi dan biaya transaksi yang rendah, sedangkan Ethereum telah lama menjadi pionir dengan ekosistem matang dan inovasi tokenomik yang adaptif.

Bagi investor, perbandingan mendalam antara tokenomik keduanya dapat menjadi bahan pertimbangan strategis, terutama bagi mereka yang memantau pergerakan harga SOL maupun ETH untuk jangka panjang.

1. Mekanisme Konsensus dan Dampak terhadap Tokenomik

Solana mengadopsi mekanisme Proof of History (PoH) yang dipadukan dengan Proof of Stake (PoS). Ethereum, sejak pembaruan besar "The Merge," beralih dari Proof of Work ke PoS.

Perbedaan ini memengaruhi cara insentif dibagikan kepada validator. Di jaringan Solana, kecepatan transaksi yang sangat tinggi menyebabkan biaya transaksi rendah, sehingga pendapatan validator lebih bergantung pada reward inflasi SOL.

Sebaliknya, Ethereum mengandalkan biaya transaksi (gas fee) yang lebih besar, membuat model ekonominya bergantung pada aktivitas jaringan. Hal ini menciptakan dinamika permintaan yang kompleks bagi ETH.

Baca Juga: 5 Istilah Keuangan Gen Z Tren di Media Sosial, Cek Apa Saja!

2. Jumlah Pasokan Token

Ethereum tidak memiliki batas maksimum pasokan token. Sebaliknya, Solana memiliki batas teoritis sekitar 489 juta token SOL.

Ethereum mengatur pasokan secara dinamis melalui mekanisme pembakaran sebagian gas fee (EIP-1559), yang dapat menjadikannya aset deflasi saat aktivitas jaringan tinggi.

Solana menerapkan jadwal inflasi tetap yang berkurang secara bertahap setiap tahun, sehingga prediksi pasokan jangka panjang menjadi lebih sederhana bagi investor.

3. Struktur Distribusi Token Awal

Ethereum meluncurkan tokennya melalui ICO publik dengan distribusi yang relatif merata.

Sebaliknya, distribusi awal Solana lebih terpusat pada tim inti dan investor awal. Kondisi ini memicu perdebatan tentang desentralisasi kepemilikan dan potensi tekanan jual ketika token yang dimiliki pihak besar dilepas ke pasar.

Distribusi merata Ethereum memberikan ketahanan terhadap volatilitas yang disebabkan oleh penjualan besar-besaran dari segelintir pemegang awal.

Baca Juga: Pekerja Bisa Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan hingga 30 Persen Tanpa Resign, Begini Prosedurnya

4. Model Reward dan Insentif Validator

Validator di jaringan Solana mendapatkan reward dari inflasi token dan sebagian kecil biaya transaksi. Model ini stabil, tetapi kurang responsif terhadap peningkatan aktivitas jaringan.

Ethereum menawarkan skema yang lebih adaptif, di mana reward validator berasal dari biaya transaksi, tip pengguna, dan reward blok. Pada saat jaringan padat, insentif validator meningkat, membuat ETH semakin bernilai.

5. Efek Biaya Transaksi terhadap Ekosistem

Ethereum dikenal memiliki gas fee yang tinggi. Meski dianggap mahal, biaya ini berfungsi sebagai filter terhadap spam transaksi dan menjadi sumber pendapatan utama bagi validator.

Solana menawarkan biaya transaksi sangat rendah, memungkinkan skala besar dengan biaya terjangkau. Namun, kondisi ini juga membuka peluang serangan spam dan transaksi tidak berguna yang dapat membebani jaringan.

6. Dinamika Burning Token

Melalui EIP-1559, Ethereum membakar sebagian biaya transaksi, menekan inflasi, bahkan menciptakan periode deflasi.

Solana belum memiliki mekanisme burning yang konsisten pada protokol intinya. Fokus Solana lebih pada inflasi terkendali dibandingkan pengurangan pasokan secara langsung.

Tokenomik merupakan pilar utama dalam menilai potensi jangka panjang sebuah blockchain. Ethereum unggul dalam ekosistem yang matang, mekanisme adaptif, dan potensi deflasi melalui pembakaran token. Solana menonjol dalam efisiensi transaksi, biaya rendah, serta prediktabilitas pasokan token.

Bagi investor, pemilihan antara SOL dan ETH akan bergantung pada profil risiko, tujuan investasi, dan pandangan terhadap arah perkembangan ekosistem blockchain di masa depan.

Tags:
token kriptoblockchainperbedaan SOL dan ETHSolana vs EthereumEthereumtokenomik Solana

Muhammad Faiz Sultan

Reporter

Muhammad Faiz Sultan

Editor