Tak bisa dipungkiri, media sosial sering memunculkan citra Gen Z sebagai generasi hedonis. Tren brunch di kafe, OOTD branded, hingga gaya hidup soft life membuat banyak orang berpikir bahwa anak muda hanya mengejar gaya hidup instan.
Padahal, stigma ini seringkali lupa mempertimbangkan konteks ekonomi saat ini, yaitu:
Baca Juga: Crypto dan Gen Z: Cuma Tren Investasi atau Jalan Baru Menuju Kebebasan Finansial?
- Harga rumah yang tak terjangkau
- Inflasi yang terus naik
- Tekanan mental dan beban kerja yang berat
- Digitalisasi yang membuat konsumsi makin personal
Dalam konteks ini, konsumsi bukan sekadar pemborosan, melainkan juga ekspresi diri.
“Anak muda bukan tidak mau menabung. Mereka tetap berusaha menyisihkan uang, hanya saja dengan pendekatan yang sesuai ritme hidup dan tekanan zaman sekarang,” kata Populix.
Baca Juga: Investasi Emas Masih Favorit, Ini 5 Alasan Gen Z dan Milenial Masih Pilih Instrumen Safe Haven
Strategi Keuangan Gen Z: Dinamis tapi Tetap Terarah
Satu hal yang menarik dari laporan Populix adalah kecenderungan Gen Z untuk membagi uang sejak awal menerima penghasilan. Mereka lebih fleksibel dibanding milenial yang cenderung ketat dalam budgeting, semisal:
- 48 persen langsung mengalokasikan dana untuk kebutuhan dan tabungan
- 33 persen belum punya rencana keuangan terstruktur
- Sisanya menyesuaikan pengeluaran per bulan sesuai kebutuhan
Ini menunjukkan perlunya literasi keuangan yang relevan, bukan untuk menyeragamkan gaya keuangan anak muda, tapi agar mereka bisa membentuk sistem keuangan pribadi yang sehat dan berkelanjutan.
Baca Juga: Bukan Tren, Gen Z Disebut Pilih Tunda Nikah demi Persiapkan Diri
Di Mana Gen Z Menyimpan Uangnya?
Populix juga menelusuri media penyimpanan uang anak muda. Hasilnya menunjukkan bahwa cara mereka menyimpan uang sudah jauh dari konvensional:
- Bank konvensional: masih jadi pilihan utama milenial
- E-wallet (dompet digital): favorit Gen Z
- Uang tunai di rumah: 34 persen responden (alasan kemungkinan karena akses cepat atau kontrol konsumsi digital)
- Investasi (saham, reksadana, kripto): 14 persen responden
- Aset fisik (emas, properti): 12 persen responden
Pilihan ini menandakan bahwa anak muda masa kini lebih sadar akan diversifikasi keuangan, dan memilih platform yang paling sesuai dengan kenyamanan serta kebutuhan pribadi mereka.
Studi Populix ini memberi satu pesan penting, yaitu anak muda zaman sekarang tetap menabung, hanya saja caranya lebih modern, lebih fleksibel, dan lebih digital.