POSKOTA.CO.ID - Selama ini, Gen Z sering dijadikan sasaran stereotip negatif soal keuangan. Mereka kerap dianggap terlalu konsumtif, lebih suka nongkrong di kafe estetik, belanja online, staycation hingga memburu skincare terbaru ketimbang memikirkan tabungan.
Ungkapan seperti “Coba uang kopi ditabung, bisa beli rumah!” pun jadi narasi yang terus berulang dilontarkan di berbagai platform media sosial.
Namun, apakah benar anak muda zaman sekarang tak peduli pada masa depan finansialnya?
Jawabannya tidak sepenuhnya benar. Sebuah laporan dari Populix bertajuk “Millennials & Gen Z Report: Navigating Youth Financial Habits in the Digital Age” justru membalikkan anggapan lama.
Baca Juga: Menabung Fleksibel ala Gen Z dengan Konsep Soft Saving, Simak Langkah Praktisnya
Hasil survei terhadap lebih dari 1.100 responden menunjukkan bahwa mayoritas generasi muda Indonesia sudah aktif menabung, hanya saja dengan pendekatan yang berbeda dari generasi sebelumnya.
77 Persen Anak Muda Menabung Rutin, tapi Caranya Lebih Fleksibel
Data dari Populix mengungkap fakta menarik bahwa ada tujuh dari sepuluh anak muda Indonesia sudah memiliki kebiasaan menabung seperti:
- 23 persen menetapkan jumlah tetap setiap bulan
- 46 persen menabung dengan nominal fleksibel sesuai kondisi keuangan
- 8 persen memilih menabung mingguan
- 17 persen hanya menabung jika ada sisa
- Sisanya menabung berdasarkan target spesifik seperti liburan atau membeli barang tertentu
Temuan dari Populix ini membuktikan bahwa komitmen keuangan tetap ada di kalangan milenial dan Gen Z, meski cara mereka tak selalu linear.
Baca Juga: Investasi Cocok Buat Gen Z, Kenali 3 Jenis Reksadana Terbaik untuk Pemula
“Meskipun mayoritas menabung dengan jumlah yang tidak pasti setiap bulan, tujuh dari sepuluh anak muda sudah punya kebiasaan menabung secara konsisten,” keterangan dari Populix.
Kesadaran finansial ini muncul di tengah realitas digital yang penuh godaan konsumsi, menunjukkan bahwa Gen Z bukan tak peduli uang mereka hanya butuh pendekatan baru yang lebih relevan dengan zaman.
Stigma Hedon, Gen Z Tidak Hidup Foya-Foya
Tak bisa dipungkiri, media sosial sering memunculkan citra Gen Z sebagai generasi hedonis. Tren brunch di kafe, OOTD branded, hingga gaya hidup soft life membuat banyak orang berpikir bahwa anak muda hanya mengejar gaya hidup instan.
Padahal, stigma ini seringkali lupa mempertimbangkan konteks ekonomi saat ini, yaitu:
Baca Juga: Crypto dan Gen Z: Cuma Tren Investasi atau Jalan Baru Menuju Kebebasan Finansial?
- Harga rumah yang tak terjangkau
- Inflasi yang terus naik
- Tekanan mental dan beban kerja yang berat
- Digitalisasi yang membuat konsumsi makin personal
Dalam konteks ini, konsumsi bukan sekadar pemborosan, melainkan juga ekspresi diri.
“Anak muda bukan tidak mau menabung. Mereka tetap berusaha menyisihkan uang, hanya saja dengan pendekatan yang sesuai ritme hidup dan tekanan zaman sekarang,” kata Populix.
Baca Juga: Investasi Emas Masih Favorit, Ini 5 Alasan Gen Z dan Milenial Masih Pilih Instrumen Safe Haven
Strategi Keuangan Gen Z: Dinamis tapi Tetap Terarah
Satu hal yang menarik dari laporan Populix adalah kecenderungan Gen Z untuk membagi uang sejak awal menerima penghasilan. Mereka lebih fleksibel dibanding milenial yang cenderung ketat dalam budgeting, semisal:
- 48 persen langsung mengalokasikan dana untuk kebutuhan dan tabungan
- 33 persen belum punya rencana keuangan terstruktur
- Sisanya menyesuaikan pengeluaran per bulan sesuai kebutuhan
Ini menunjukkan perlunya literasi keuangan yang relevan, bukan untuk menyeragamkan gaya keuangan anak muda, tapi agar mereka bisa membentuk sistem keuangan pribadi yang sehat dan berkelanjutan.
Baca Juga: Bukan Tren, Gen Z Disebut Pilih Tunda Nikah demi Persiapkan Diri
Di Mana Gen Z Menyimpan Uangnya?
Populix juga menelusuri media penyimpanan uang anak muda. Hasilnya menunjukkan bahwa cara mereka menyimpan uang sudah jauh dari konvensional:
- Bank konvensional: masih jadi pilihan utama milenial
- E-wallet (dompet digital): favorit Gen Z
- Uang tunai di rumah: 34 persen responden (alasan kemungkinan karena akses cepat atau kontrol konsumsi digital)
- Investasi (saham, reksadana, kripto): 14 persen responden
- Aset fisik (emas, properti): 12 persen responden
Pilihan ini menandakan bahwa anak muda masa kini lebih sadar akan diversifikasi keuangan, dan memilih platform yang paling sesuai dengan kenyamanan serta kebutuhan pribadi mereka.
Studi Populix ini memberi satu pesan penting, yaitu anak muda zaman sekarang tetap menabung, hanya saja caranya lebih modern, lebih fleksibel, dan lebih digital.
“Setiap generasi punya cara masing-masing dalam mengelola keuangan. Mitos bahwa anak muda tak bisa menabung sudah seharusnya ditinggalkan,” ujar Populix.