Salah satu yang disoroti adalah kedekatan Musk dengan pemerintahan Donald Trump, termasuk penunjukannya sebagai pegawai pemerintah khusus pada masa lalu.
Situasi ini diperparah dengan adanya kebijakan yang baru saja ditandatangani oleh Trump, dikenal dengan nama "One Big Beautiful Bill," yang berpotensi menghapus kredit pajak bagi konsumen pembeli atau penyewa kendaraan listrik.
Elon Musk secara terbuka menentang kebijakan ini karena dianggap menghambat pertumbuhan industri energi bersih di Amerika Serikat.
Baca Juga: Harga Emas Pegadaian Hari Ini Minggu 3 Agustus 2025: Semuanya Stabil dan Mahal
Reaksi Pasar dan Ketidakpastian Masa Depan
Pergerakan saham Tesla sepanjang tahun ini menunjukkan tren negatif, dengan penurunan lebih dari 12 persen secara tahunan.
Meski sempat mengalami pemulihan kecil dalam beberapa bulan terakhir, ketidakpastian masih menyelimuti arah masa depan Tesla. Beberapa investor mulai merasa jenuh dengan berbagai gangguan eksternal yang menghantui perusahaan.
Selain tekanan dari sisi politik, kompetisi di pasar kendaraan listrik yang semakin ketat juga menambah beban tersendiri.
Produsen lain seperti BYD, Rivian, hingga General Motors kini semakin agresif dalam merilis produk dan strategi pemasaran baru, menciptakan tekanan tambahan bagi Tesla untuk mempertahankan pangsa pasar.
Tesla sebagai pemimpin pasar kendaraan listrik global dihadapkan pada sejumlah tantangan besar.
Di satu sisi, perusahaan harus menjaga daya saing produk mereka di tengah dinamika pasar yang cepat berubah. Di sisi lain, Tesla juga harus beradaptasi terhadap kebijakan fiskal dan regulasi baru yang tidak selalu mendukung ekosistem kendaraan listrik.
Penurunan kekayaan Elon Musk menyoroti risiko yang melekat dalam kepemilikan saham mayoritas pada satu entitas bisnis. Situasi ini menjadi pengingat bagi investor bahwa fluktuasi pasar dapat berdampak besar, bahkan pada orang terkaya di dunia sekalipun.