POSKOTA.CO.ID - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara resmi memberlakukan kebijakan tarif impor terbaru yang akan mulai diterapkan pada bulan Agustus 2025.
Kebijakan ini diumumkan sebagai bagian dari strategi ekonomi yang berfokus pada perlindungan industri dalam negeri dari persaingan global yang dianggap merugikan produsen domestik Amerika.
Dalam kebijakan ini, sejumlah negara mengalami perubahan tarif secara signifikan, baik dalam bentuk kenaikan maupun penurunan.
Langkah ini merupakan kelanjutan dari kebijakan perdagangan Trump yang diumumkan pada April 2025, yang kala itu membuka ruang negosiasi bagi negara-negara mitra dagang.
Baca Juga: Hari Persahabatan Sedunia Diperingati Tiap Tanggal 30 Juli, Berikut Sejarah dan Tujuannya
Daftar Tarif Baru per Negara
Menurut data resmi dari Gedung Putih dan US International Trade Commission, berikut rincian tarif baru yang diterapkan terhadap negara-negara tertentu:
- Brasil: naik dari 10% menjadi 50%
- Syria: tetap di 41%
- Laos & Myanmar: turun ke 40%
- Swiss: naik ke 39%
- Iraq & Serbia: turun ke 35%
- Aljazair, Libya, South Africa: tetap di 30%
- Bosnia-Herzegovina: turun ke 30%
- Brunei, India, Kazakhstan, Moldova, Tunisia: disesuaikan ke 25%
- Bangladesh, Sri Lanka, Taiwan, Vietnam: turun ke 20%
- Kamboja, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Filipina, Thailand: menjadi 19%
Baca Juga: Hari Kanker Paru Sedunia Diperingati Tiap Tanggal 1 Agustus, Berikut Sejarah dan Penyebabnya
Sementara itu, negara-negara seperti Afghanistan, Angola, dan Bolivia turut mengalami penyesuaian tarif, sebagian besar berupa penurunan signifikan hingga 15%.
Namun demikian, Kanada dan Meksiko, meskipun berada dalam kawasan perdagangan bebas USMCA, tetap terkena tarif tinggi sebesar 35% untuk Kanada dan 25% untuk Meksiko, khusus untuk produk-produk yang tidak termasuk dalam perlindungan perjanjian tersebut.
Dampak terhadap Hubungan Dagang Internasional
Kebijakan ini menuai reaksi beragam dari pengamat ekonomi dan negara-negara mitra dagang.
Beberapa analis menilai bahwa langkah Trump dapat memperkuat sektor manufaktur domestik AS dalam jangka pendek.
Baca Juga: Ratu Kecantikan Malaysia Diduga Alami Pelecehan Seksual oleh Oknum Pendeta saat Ritual di Kuil
Namun ada kekhawatiran bahwa tarif yang tinggi akan berdampak pada harga konsumen di dalam negeri dan memperburuk ketegangan dagang secara global.
Sejumlah negara saat ini tengah melakukan evaluasi internal dan mempertimbangkan jalur diplomatik atau negosiasi ulang guna menghindari dampak negatif yang lebih besar.
Langkah ini dipandang penting demi menjaga stabilitas perdagangan dan keberlanjutan hubungan bilateral dengan Amerika Serikat.
Pemerintah AS menegaskan bahwa kebijakan tarif baru ini bersifat fleksibel dan dapat disesuaikan kembali melalui mekanisme diplomatik, jika negara-negara mitra bersedia memenuhi persyaratan tertentu dalam bidang perdagangan dan investasi.