POSKOTA.CO.ID - Menghadapi Uji Kompetensi PPG (UKPPG) 2025, para guru ditantang untuk menyusun studi kasus dalam bentuk tulisan minimal 350 kata dan maksimal 600 kata yang diisi melalui EXAMBPPP.
Ada empat topik pembahasan, salah satu topik paling sering muncul adalah masalah media pembelajaran di kelas.
Mengapa media pembelajaran penting? Karena media adalah jembatan antara materi dan pemahaman siswa. Sayangnya, dalam praktiknya, banyak guru menghadapi kendala seperti:
- Akses terbatas terhadap media digital.
- Guru belum optimal dalam memanfaatkan teknologi.
- Media tidak sesuai dengan karakteristik dan tingkat konsentrasi siswa.
Berikut ini adalah 3 contoh studi kasus PPG 2025 tentang media pembelajaran yang bisa dijadikan referensi oleh guru SD, SMP, dan SMA dalam menyusun jawaban saat UKPPG sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Pak Guru Wali.
Sebagai tambahan informasi, tiap studi kasus mencakup: situasi, masalah yang dihadapi, langkah penyelesaian, hasil, serta refleksi pengalaman guru.
3 Contoh Studi Kasus untuk UKPPG
Studi Kasus Guru SMP: Visualisasi Fluida Statis dengan Phet Simulasi
Situasi dan Masalah
Sebagai guru IPA kelas VIII di SMPN 1 Majujaya, saya kesulitan menjelaskan materi Fluida Statis konsep abstrak seperti hukum Pascal dan tekanan hidrostatis, karena keterbatasan alat peraga dan laboratorium.
Media pembelajaran yang saya gunakan sebatas gambar statis, penjelasan lisan, dan buku teks. Hasilnya, siswa hanya hafal tanpa benar-benar memahami.
Tindakan yang Diambil
Saya memilih mengintegrasikan Phet Simulasi, media digital interaktif, ke dalam RPP. Setelah memahami fiturnya, saya merevisi RPP dan menyiapkan skenario pembelajaran.
Penerapannya dilakukan di laboratorium komputer, dengan siswa diajak bereksperimen secara virtual dan diskusi terbuka.
Hasil Tindakan
- Partisipasi aktif meningkat dari 50 persen menjadi 85 persen.
- Siswa yang mencapai KKTP melonjak dari 20 persen menjadi 90 persen.
- Siswa mampu menjelaskan hukum-hukum fisika dengan bahasa mereka sendiri.
Saya belajar bahwa inovasi bisa lahir dari keterbatasan. Penggunaan media digital seperti Phet Simulasi tidak hanya mengatasi hambatan, tetapi juga meningkatkan antusiasme dan pemahaman siswa secara signifikan.
Studi Kasus Guru SD: Meningkatkan Imajinasi Siswa dengan Media Dongeng Kreatif
Situasi dan Masalah
Di SD Merah Putih, saya mengajar siswa kelas 3 dengan materi Bahasa Indonesia tentang "Menceritakan Kembali Isi Dongeng".
Fasilitas yang tersedia hanya proyektor bermasalah dan internet tidak stabil. Video dongeng yang terlalu panjang membuat siswa cepat bosan, sementara ilustrasi buku teks kurang menarik.
Tindakan yang Diambil
Saya menciptakan media sendiri, antara lain:
- Slideshow dongeng interaktif dengan gambar dan animasi ringan.
- Audio storytelling dengan efek suara buatan sendiri.
- Boneka tangan dan topeng kertas sebagai media konkret.
Baca Juga: Panduan Cek Sertifikasi Pendidik dan Konfirmasi NIK di Ruang GTK bagi Peserta PPG Tahap 2 Tahun 2025
Hasil Tindakan
- Siswa lebih fokus dan terlibat secara kinestetik.
- Kemampuan menceritakan ulang meningkat signifikan.
- Suasana kelas menjadi aktif dan menyenangkan.
Pengalaman Berharga
Saya menyadari bahwa kreativitas guru lebih penting daripada teknologi canggih. Media sederhana dan interaktif lebih efektif dalam membangun imajinasi dan keterampilan berbahasa siswa.
Studi Kasus Guru SMP: Menyiasati Film Edukatif yang Terlalu Panjang
Situasi dan Masalah
Saat mengajar "Teks Cerita Inspiratif" di kelas VIII SMP, saya menggunakan film pendek berdurasi 20 menit. Namun, siswa justru kehilangan fokus dan diskusi tidak berkembang. Hasil resensi siswa pun kurang mendalam.
Tindakan yang Diambil
Saya membagi film menjadi tiga bagian pendek (5–6 menit) dan menyisipkan sesi diskusi setelah setiap bagian. Saya juga membuat lembar diskusi dan membagikan link film agar bisa ditonton ulang di rumah.
Baca Juga: 15 Soal PPG Bahasa Inggris 2025 dan Kunci Jawaban untuk Referensi Belajar UKPPG
Hasil Tindakan
- Siswa lebih aktif berdiskusi dan memahami alur cerita.
- Hasil resensi menjadi lebih orisinal dan mendalam.
- Aktivitas belajar terasa lebih bermakna dan menyenangkan.
Pengalaman Berharga
Saya belajar bahwa durasi dan desain aktivitas sangat menentukan keberhasilan media pembelajaran. Aktivitas jeda dan diskusi membuat siswa lebih terlibat dan memahami secara mendalam.
Ketiga contoh di atas menunjukkan bahwa media pembelajaran bukan soal seberapa canggih teknologinya, melainkan seberapa tepat dan efektif penggunaannya dalam konteks kelas. Studi kasus yang baik harus menjawab 4 poin utama:
- Situasi dan masalah yang dihadapi.
- Langkah konkret yang diambil.
- Hasil yang tercapai.
- Refleksi pembelajaran yang diperoleh.
Dengan menyusun studi kasus berdasarkan pengalaman nyata dan solusi kreatif, guru tidak hanya siap menghadapi UKPPG, tetapi juga mampu menghadirkan pembelajaran yang bermakna bagi siswanya.