Menurut Rocky, banyak investor kini memilih menunggu dan mengamati perkembangan dari luar, seperti dari Singapura, sembari menanti kepastian arah kebijakan ekonomi dan politik dalam negeri.
Presiden Prabowo dinilai tengah berada dalam posisi sulit karena harus menyeimbangkan antara membangun kepercayaan internasional dan menyelesaikan dinamika politik dalam negeri, seperti isu ijazah Presiden Joko Widodo serta berbagai konflik internal.
“Pak Prabowo mulai ada dalam kesulitan, yaitu meyakinkan publik internasional, pada saat yang sama harus menghadapi dinamika politik di dalam negeri,” tambahnya.
Lebih jauh, Rocky menyebut bahwa sebagai figur yang terlatih dalam berpikir strategis, Presiden Prabowo kemungkinan tengah menunggu momen yang tepat untuk menunjukkan kendali penuh atas pemerintahan.
“Sebagai seorang yang terlatih dalam cara berpikir strategis, tentu Pak Prabowo sebagai Presiden menunggu momen-momen untuk memungkinkan dia menyatakan diri: 'Bagi saya, presiden, saya memegang kendali, saya otentik, saya tidak akan diganggu oleh siapapun, dan saya tidak ingin mengganggu siapapun',” jelasnya.
Namun demikian, ia mengingatkan bahwa ketidakpastian waktu untuk mengambil langkah-langkah penting, seperti reshuffle kabinet, dapat memperburuk kegelisahan publik dan pelaku pasar. “Orang bertanya, kapan itu akan dilakukan? Orang ingin pastikan kapan, misalnya, ada reshuffle kabinet?”