POSKOTA.CO.ID - Penilaian atau asesmen adalah salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran, terutama di era Kurikulum Merdeka yang menekankan pengembangan kompetensi secara menyeluruh.
Dalam Pendidikan Profesi Guru (PPG) 2025, topik penilaian menjadi sorotan karena masih banyak guru yang menghadapi tantangan dalam menerapkannya secara efektif di kelas.
Salah satu contoh studi kasus yang diangkat dalam PPG 2025 menggambarkan realita di lapangan yang dialami oleh seorang guru kelas V di Sekolah Dasar Negeri.
Baca Juga: Tips Mudah Pemasangan Aplikasi EXAMBPPP untuk Ujian PPG 2025
Permasalahan
Dalam keseharian mengajar, guru merasa hasil belajar siswa tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Setelah ditelaah, penyebab utamanya adalah bentuk soal yang ia gunakan lebih menitikberatkan pada hafalan dan tidak menggambarkan kompetensi sesuai profil pelajar Pancasila maupun capaian pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka.
Contohnya, pada pelajaran Bahasa Indonesia, meskipun tujuan pembelajarannya adalah memahami isi teks dan menemukan ide pokok, soal yang diberikan justru hanya menanyakan definisi atau hafalan.
Parahnya lagi, guru tersebut tidak menyusun kisi-kisi maupun rubrik penilaian, dan seringkali mengambil soal dari internet tanpa analisis mendalam.
Baca Juga: Pembelajaran Mandiri PPG di Platform Ruang GTK Tahap 2 2025, Cek Jadwalnya
Hal ini membuat asesmen yang dilakukan tidak valid untuk mengukur kemampuan siswa secara utuh, serta gagal memberikan gambaran nyata terhadap perkembangan belajar mereka.
Solusi
Menyadari adanya kekeliruan dalam proses penilaian, guru mulai mengikuti pelatihan komunitas guru untuk memperdalam pemahamannya tentang prinsip-prinsip asesmen yang baik mulai dari validitas, reliabilitas, hingga autentisitas.
Sebagai bentuk implementasi, ia mulai menyusun kisi-kisi soal berdasarkan tujuan dan indikator capaian pembelajaran. Soal-soal yang dibuat kini lebih beragam meliputi level pemahaman, aplikasi, hingga analisis sesuai taksonomi bloom.
Selain itu, menerapkan asesmen formatif seperti kuis singkat, refleksi harian, hingga diskusi kelompok. Penilaian tidak lagi hanya untuk menguji hasil akhir, melainkan menjadi bagian aktif dari proses belajar.
Baca Juga: Contoh Studi Kasus PPG Jalur Tertentu Jenjang SMA 390 Kata, Metode UTKB di Aplikasi EXAMBPPP
Ia pun mulai menggunakan rubrik penilaian yang lebih terstruktur, terutama untuk tugas-tugas proyek dan keterampilan yang bersifat kualitatif.
Dampak
Setelah menerapkan strategi penilaian yang direncanakan dengan baik, tampak melihat perubahan signifikan. Hasil asesmen kini lebih mencerminkan kemampuan aktual siswa.
Mereka pun menjadi lebih antusias karena merasa penilaian bukan sekadar ujian hafalan, tapi juga peluang menunjukkan kreativitas dan pemahaman.
Selain itu, guru menjadi mampu mengidentifikasi siswa yang membutuhkan pendampingan khusus, sehingga proses remedial dan pengayaan bisa diberikan secara tepat sasaran.
Baca Juga: Contoh Studi Kasus PPG 2025 Jenjang SMA: Semangat Belajar Siswa yang Rendah
Dampaknya, motivasi belajar meningkat, dan hasil belajar siswa pun ikut naik.
Dari kasus di atas, kita bisa belajar bahwa penilaian bukan hanya alat ukur, tetapi bagian tak terpisahkan dari pembelajaran itu sendiri.
Dalam konteks PPG 2025 dan Kurikulum Merdeka, perencanaan asesmen yang matang adalah kunci untuk menciptakan proses belajar yang lebih bermakna dan menyeluruh.
Seorang guru profesional perlu memahami prinsip-prinsip penilaian agar bisa menjadi fasilitator pembelajaran yang sesungguhnya mampu menggali potensi siswa secara maksimal dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
Jika Anda sedang mengikuti PPG atau ingin memperkuat praktik asesmen di kelas, studi kasus ini menjadi bukti bahwa penilaian yang tepat bisa membawa perubahan besar bagi proses dan hasil belajar siswa.