“Saya beli satu plastik kue dari orang di pasar harganya Rp4.000, terus saya jual Rp5.000. Untungnya cuma seribu. Sekali ambil 50 kue,” ujar Tarem.
Warga lainnya, Rojali, 55 tahun, sehari-hari menjalani aktivitas sebagai pengepul plastik.
Rojali menghabiskan harinya sebagai pengepul plastik dari kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa.
Ia merantau ke Jakarta sejak tahun 2002 saat masih bujang atau sebelum menikah. Kini, ia tinggal di tempat kerja bersama atasannya.
“Saya dari Jawa. KTP juga masih Jawa. Di Jakarta udah 23 tahun, dari 2002. Sebelum nikah, tinggal di sini bareng bos,” ucap Rojali.
Penghasilan Rojali pun tidak menentu, berkisar antara Rp90.000 hingga Rp110.000 per hari, tergantung banyaknya plastik yang berhasil dikumpulkan dan dijual.
Baca Juga: Oppo Reno 14 vs Reno 13: Mana yang Lebih Bagus di 2025? Ini Perbandingannya
Proses pengumpulan tidak mudah, plastik biasanya masih basah dan harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum dijual kembali.
“Kalau hari biasa bisa Rp100.000. Tapi kalau Minggu atau hari libur begini, sering nggak nyampe segitu. Harus pinter-pinter ngatur. Kalau orang Jawa bilang, harus merih (pahit-pahitan),” ujar Rojali.
Sebagian dari pendapatannya ia kirim ke kampung halaman, untuk keluarganya.
“Biasanya saya transfer Rp350.000 sampai Rp400.000 seminggu ke keluarga di kampung,” ungkap dia.
Rojali menyebut bahwa kawasan di tempat tinggalnya dihuni sekitar 30 kepala keluarga. Namun, banyak dari mereka tidak terdaftar secara administratif karena RT dan RW tersebar di berbagai wilayah sekitar, seperti Kampung Bandan dan daerah lainnya.