"Habis ini kelar sih karir mantan suaminya."
Sementara lainnya menambahkan:
"Benar sih, kayaknya juga rezekinya si Item itu dapat lebih kalau bareng Bidi."
Di tengah berbagai komentar publik, yang sering terlupakan adalah sisi personal dari kedua individu ini. Perceraian bukan sekadar berita, melainkan proses emosional yang kompleks bagi kedua belah pihak.
Sebagai manusia, kita sering kali memandang perceraian sebagai akhir. Namun, dari sudut pandang psikologis dan emosional, perceraian juga bisa menjadi awal dari proses pemulihan diri. Dalam relasi yang tak lagi sehat, keterputusan bukan selalu bentuk kegagalan, melainkan langkah berani untuk memperbaiki kualitas hidup.
Baik Bidi maupun Item kini berada dalam fase hidup yang berat namun penting. Publik boleh saja menilai, namun pada akhirnya hanya mereka yang tahu dinamika relasi mereka sebenarnya. Tidak ada pasangan yang memulai pernikahan dengan harapan berakhir dalam perceraian. Namun ketika komunikasi telah benar-benar runtuh, keputusan untuk berpisah bisa menjadi bentuk kasih sayang terakhir: membiarkan masing-masing individu bertumbuh tanpa saling menyakiti.
Baca Juga: Bocoran 10 HP Gaming Termurah 2025: Cocok untuk MLBB, PUBG, hingga Genshin
Satu hal yang menarik dari kasus ini adalah bagaimana media sosial mempengaruhi persepsi publik terhadap hubungan pribadi. Ketika pasangan dikenal publik karena unggahan mesra mereka, maka perpisahan pun menjadi tontonan publik.
Bidi dan Item adalah contoh nyata dari bagaimana selebritas digital tidak hanya dikenal karena karya mereka, tetapi juga karena kisah pribadinya. Di sinilah muncul dilema antara privasi dan popularitas.
Perceraian bukan akhir dari segalanya. Baik Bidi maupun Item masih memiliki masa depan yang luas terbentang. Mereka tetap bisa berkarya, membangun kembali kepercayaan diri, dan menjalani kehidupan sesuai arah yang mereka pilih.
Dalam dunia yang serba digital seperti sekarang, transparansi dan keterbukaan memang menjadi tuntutan. Namun penting juga untuk memberi ruang bagi publik figur untuk bernapas, menyembuhkan luka, dan memulai kembali tanpa terus-menerus berada dalam sorotan negatif.
Kita sebagai publik bisa memilih untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga manusia yang turut menyadari bahwa di balik berita viral, ada hati yang mungkin sedang belajar pulih.