Kita bisa mendorong generasi muda untuk lebih bijak, seperti:
- Memberi watermark “fake” saat membagikan hasil editan.
- Menginformasikan secara terbuka bahwa itu hanya prank.
- Tidak menyebarkan konten tersebut di ruang publik tanpa klarifikasi.
Tools seperti Revesery mungkin hanya sekadar hiburan digital di tengah kegelisahan menanti hasil seleksi. Namun di balik lelucon itu, ada sisi manusiawi yang tak boleh diabaikan rasa harap, kegagalan, bahkan tekanan batin yang sedang dialami banyak calon mahasiswa.
Di era di mana batas antara dunia nyata dan digital semakin kabur, menjadi bijak dalam berinteraksi di media sosial adalah bentuk empati paling nyata.