Meski sulit, ada satu hal yang membuat banyak orang bertahan: rasa kepemilikan dan kebanggaan membangun sesuatu dari nol.
Dari satu outlet menjadi sepuluh, dari 10 karyawan menjadi 1.000, itu memberikan kepuasan emosional.
Namun, risikonya besar, modal harus terus diputar, dan potensi bangkrut selalu ada.
Di sisi lain, Timothy menilai jalur investor sering kali lebih efisien secara waktu dan potensi pertumbuhan modal.
Investor menempatkan dana pada bisnis, aset finansial, komoditas, atau instrumen lain, membiarkan tim profesional di baliknya bekerja.
Anda tidak perlu mengelola dapur produksi, menata logistik, atau memimpin ratusan karyawan, yang utama adalah memilih aset dengan analisis benar.
Ia mencontohkan model perusahaan investasi besar dunia, tim inti ramping, namun kepemilikan tersebar di puluhan hingga ratusan bisnis operasional.
Di sinilah perbedaan struktur terlihat, bisnis operasional bertambah (addition), modal yang diinvestasikan bisa bertumbuh secara majemuk (multiplication).
Menariknya, banyak pengusaha sukses pada akhirnya “naik kelas” menjadi investor.
Setelah bisnis menghasilkan arus kas, mereka mendiversifikasi ke saham, properti, atau usaha lain.
Pada fase ini, mereka mulai menikmati keuntungan yang sebelumnya dinikmati investor lebih dulu, arus kas pasif, apresiasi aset, dan diversifikasi risiko.
Baca Juga: 7 Aturan Hidup Timothy Ronald, Kebiasaan Produktif yang Bikin Hidup Lebih Terarah dan Sukses