POSKOTA.CO.ID - Fenomena Buck Moon Juli 2025 menghadirkan keindahan langit malam yang memukau di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Pada malam tanggal 11 hingga 12 Juli 2025, banyak orang menyaksikan bulan purnama tampak berwarna merah atau oranye di cakrawala.
Fenomena ini sering menimbulkan pertanyaan: apakah ini Blood Moon akibat gerhana bulan total? Mengapa bulan berubah warna?
Artikel berikut mengulas secara mendalam penyebab ilmiah, makna spiritual, kaitan astrologi, serta cara terbaik menyaksikan bulan purnama merah di pertengahan musim panas ini.
Baca Juga: 8 Perbedaan Wuling BinguoEV Versi Lama dan New BinguoEV, Tak Sekadar Ganti Warna Saja!
Mengapa Bulan Berwarna Merah pada Juli 2025?
Bulan yang tampak merah, jingga, atau keemasan bukan fenomena baru, tetapi selalu menarik perhatian masyarakat. Pada malam 11 Juli 2025, fenomena ini terjadi bersamaan dengan Bulan Purnama Juli yang populer disebut Buck Moon. Terdapat dua penyebab utama bulan terlihat kemerahan:
1. Hamburan Rayleigh
Hamburan Rayleigh adalah proses optik atmosferik yang paling sering membuat bulan tampak merah. Ketika bulan berada rendah di cakrawala, cahaya yang dipantulkan harus melewati lapisan atmosfer lebih tebal. Dalam perjalanan itu, molekul udara, debu, polusi, dan partikel lain akan lebih banyak menghamburkan cahaya dengan panjang gelombang pendek seperti biru. Sementara itu, cahaya merah dengan panjang gelombang lebih panjang cenderung lolos dan sampai ke mata kita.
Fenomena ini sama seperti saat matahari terbit atau terbenam, memunculkan rona jingga hingga merah. Jika atmosfer sarat debu akibat kebakaran hutan atau letusan gunung berapi, efek kemerahan akan semakin intens.
Contoh nyata: Ketika kebakaran hutan terjadi di Australia beberapa tahun lalu, bulan di banyak wilayah tampak merah pekat selama berminggu-minggu.
2. Gerhana Bulan Total (Blood Moon)
Sementara itu, gerhana bulan total atau Blood Moon adalah penyebab lain bulan berubah warna secara dramatis. Pada kondisi ini, Bumi berada tepat di antara Matahari dan Bulan, sehingga bayangan umbra Bumi sepenuhnya menutupi bulan. Sinar matahari yang melewati atmosfer Bumi dibelokkan, menyaring cahaya biru dan hanya memantulkan warna merah ke permukaan Bulan.
Namun, pada 11 Juli 2025 tidak terjadi gerhana bulan total, sehingga warna merah Buck Moon lebih dominan akibat hamburan Rayleigh, bukan Blood Moon.
Apa Itu Buck Moon? Asal Usul Namanya
Buck Moon merupakan julukan tradisional bulan purnama yang terjadi setiap Juli. Nama ini berasal dari pengamatan masyarakat adat Amerika Utara, terutama suku Algonquin. Menurut catatan The Old Farmer’s Almanac, istilah “Buck Moon” merujuk pada periode ketika rusa jantan mulai menumbuhkan tanduk baru yang diselimuti beludru.
Dalam budaya masyarakat adat, bulan purnama menjadi penanda waktu penting untuk aktivitas berburu, bercocok tanam, dan ritual tahunan. Selain Buck Moon, Bulan Purnama Juli memiliki beberapa nama lain sesuai kebudayaan setempat:
- Thunder Moon – Karena puncak badai petir di musim panas.
- Hay Moon – Berkaitan dengan masa panen jerami.
- Salmon Moon – Menggambarkan musim kembalinya ikan salmon ke sungai.
- Feather Moulting Moon – Saat burung mulai berganti bulu.
Setiap sebutan mencerminkan kedekatan manusia dengan siklus alam.
Makna Spiritual Buck Moon
Bagi banyak kalangan, Buck Moon tidak hanya peristiwa astronomi tetapi juga simbol pertumbuhan, regenerasi, dan pembaruan energi. Seperti rusa jantan yang menumbuhkan tanduk baru, manusia diingatkan untuk melepaskan beban lama, pola pikir negatif, atau kebiasaan yang menghambat perkembangan diri.
Makna spiritual Buck Moon antara lain:
- Momen refleksi dan penyembuhan luka batin.
- Waktu memaafkan diri sendiri dan orang lain.
- Kesempatan memulai babak baru yang lebih positif.
- Pemurnian energi untuk menjalani sisa tahun.
Tradisi spiritual di berbagai budaya memanfaatkan energi purnama untuk meditasi, penetapan niat (moon ritual), atau afirmasi kesuksesan.
Makna Astrologi Buck Moon 2025
Secara astrologi, Buck Moon 2025 jatuh di bawah pengaruh zodiak Cancer, yang melambangkan keintiman, keluarga, dan rasa aman emosional. Energi Cancer menguatkan dorongan untuk menata rumah tangga dan memprioritaskan kesehatan batin.
Selain itu, pada pertengahan Juli 2025, posisi Mars dan Nodes of Destiny (Titik Takdir) di langit memperkuat potensi transformasi mendalam. Menurut para astrolog, momen ini baik digunakan untuk:
Melepaskan yang tidak lagi sesuai: Hubungan yang stagnan, kebiasaan buruk, atau proyek yang tak sejalan dengan nilai hidup.
Mengambil keputusan berani: Menyudahi fase lama dan menjemput fase baru.
Menyeimbangkan emosi: Menjaga keharmonisan batin di tengah perubahan.
Menata ulang prioritas: Memfokuskan energi pada keluarga dan kesejahteraan diri.
Meskipun tak semua orang memercayai astrologi, banyak yang merasakan semacam “dorongan batin” saat bulan purnama.
Kaitan Buck Moon dan Blood Moon: Bedanya Apa?
Istilah Blood Moon dan Buck Moon sering tercampur. Padahal, keduanya berbeda:
- Blood Moon = Gerhana bulan total yang membuat bulan merah gelap.
- Buck Moon = Julukan bulan purnama Juli, yang bisa tampak merah karena posisi rendah di cakrawala.
Jadi, Buck Moon bukan selalu Blood Moon. Pada Juli 2025, bulan merah lebih karena hamburan Rayleigh, bukan gerhana total.
Untuk memastikan ada/tidaknya gerhana, Anda bisa merujuk situs resmi seperti BMKG atau NASA.
Waktu Terbaik Menyaksikan Buck Moon 2025 di Indonesia
Menurut kalender astronomi internasional, puncak Bulan Purnama Juli 2025 akan terjadi pada:
10 Juli 2025 pukul 21:00 UTC, yang setara dengan:
- 11 Juli 2025 pukul 04:00 WIB
- 11 Juli 2025 pukul 05:00 WITA
- 11 Juli 2025 pukul 06:00 WIT
Momen terbaik melihat warna merah atau jingga biasanya saat bulan terbit atau terbenam karena cahaya harus melewati atmosfer lebih tebal. Pastikan langit cerah tanpa awan tebal agar pengamatan optimal.
Ilusi Bulan: Kenapa Bulan Tampak Lebih Besar dan Merah di Cakrawala?
Selain hamburan Rayleigh, fenomena ilusi bulan juga membuat bulan tampak lebih besar dan dramatis. Ketika bulan dekat cakrawala, otak manusia membandingkan ukurannya dengan objek sekitar (pepohonan, bangunan), sehingga terlihat lebih besar dari biasanya.
Ilusi ini membuat bulan purnama terasa lebih megah. Namun, ukuran sebenarnya tetap sama sepanjang malam.
Tips Mengabadikan Fenomena Buck Moon
Jika Anda ingin memotret bulan merah, berikut beberapa tips:
Gunakan tripod: Meminimalkan guncangan kamera.
Atur manual exposure: Cahaya bulan sangat terang, gunakan ISO rendah (100-200), aperture f/8-f/11, dan shutter speed cepat.
Ambil referensi latar: Sertakan pepohonan atau bangunan untuk efek dramatis.
Gunakan lensa tele: Untuk menangkap detail permukaan bulan.
Bulan merah yang terlihat pada malam 11 Juli 2025 bukan pertanda bencana atau peristiwa gaib, melainkan kombinasi keindahan alam dan sains atmosferik. Fenomena Buck Moon menjadi momen refleksi spiritual sekaligus kesempatan menyaksikan salah satu wajah paling memesona bulan purnama.
Apapun keyakinan Anda, langit malam Juli ini mengundang kita semua untuk sejenak mengagumi keteraturan alam semesta dan menyadari betapa kecilnya kita dalam hamparan kosmik.