Obrolan Warteg: PRJ - Pesta Rakyat Jakarta

Kamis 10 Jul 2025, 07:43 WIB
Tiga pria sedang berbincang santai di warteg sambil membaca koran. Salah satu dari mereka melontarkan pertanyaan kritis soal PRJ, “Kalo PRJ masuknya gratis, masih tetep seru nggak yah?” (Sumber: Poskota/Arif Setiadi)

Tiga pria sedang berbincang santai di warteg sambil membaca koran. Salah satu dari mereka melontarkan pertanyaan kritis soal PRJ, “Kalo PRJ masuknya gratis, masih tetep seru nggak yah?” (Sumber: Poskota/Arif Setiadi)

POSKOTA.CO.ID - Pesta rakyat acap digelar oleh sejumlah institusi baik pusat maupun daerah dalam memperingati hari - hari bersejarah seperti proklamasi kemerdekaan, hari jadi kabupaten atau kota.

Di Jakarta, kita kenal juga pesta rakyat ketika memperingati hari jadi kota Jakarta yang diperingati setiap tanggal 21 Juni. 

Tahun ini HUT ke-498 Jakarta, dengan acara tetap yang setiap tahun digelar adalah Pekan Raya Jakarta (PRJ) dikenal dengan sebutan Jakarta Fair Kemayoran.

PRJ digelar selama 25 hari penuh, sejak 19 Juni hingga 13 Juli 2025 dengan mengusung konsep pesta rakyat.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Bansos dan Judol

“Namanya sudah nggak pas lagi disebut sebagai pekan raya Jakarta karena acara digelar selama sebulan,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.

‘Apa namanya perlu diganti menjadi Bulan Raya Jakarta (BRJ), “ tambah Yudi.

“Kalau saya mengusulkan namanya tetap PRJ , tapi bukan kepanjangan dari pekan raya Jakarta, melainkan Pesta Rakyat Jakarta,” urai mas Bro.

“Boleh juga usulan kalian. Jakarta Fair Kemayoran digelar dengan tetap mengusung pesta rakyat seperti tahun ini,” kata Heri.

“Tapi ada yang mengatakan, Jakarta Fair Kemayoran bukan lagi pesta rakyat. Disebut pesta rakyat jika masuk arena tidak bayar alias gratis,” kata Yudi.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Jadilah Diri Sendiri

“Jakarta Fair sekarang sudah dikembangkan menjadi ajang pameran dan hiburan terlengkap dan terlama di Asia Tenggara yang digelar selama 25 penuh,” urai mas Bro.

 “Melalui gelaran acara ini dibangun promosi dan event membangun kerja sama bisnis. Tak heran, jika setiap akhir gelaran dilaporkan jumlah transaksi bisnis yang terjadi,” kata Heri.

“Kabarnya jumlah pengunjung dan transaksi bisnis setiap tahun meningkat. Dari aspek ini, target Jakarta Fair sebagai ajang promosi dan pameran, tercapai,” kata mas Bro.

“Tapi sebagai ajang pesta rakyat kian menjauh. Tak semua warga Jakarta bisa serta merta memasuki arena PRJ, karena tadi dikenakan tarif untuk masuk,” kata Yudi.

“Iya, dulu PRJ yang digagas Ali Sadikin pertama kali digelar tahun 1968 sebagai ajang pesta rakyat. Warga masyarakat bisa memasuki arena, menyaksikan panggung hiburan apa saja tanpa dipungut bayaran. Itulah pesta rakyat sesungguhnya, “ jelas mas Bro.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Membangun untuk Kejayaan Semua

“Setuju pesta rakyat semacam itu masih perlu dikembalikan citranya. PRJ tetap dikemas menjadi Pesta Rakyat Jakarta. Lamanya cukup sepekan dengan menampilkan berbagai panggung hiburan untuk memperkuat Jakarta sebagai Kota Berbudaya,” ujar Yudi.

“Bahwa di luar pesta rakyat, digelar ajang promosi selama sebulan seperti sekarang ini, itu bagian dari perhelatan mendukung Kota Global,” ujar Heri. 

“Jadilah Kota Global dan Berbudaya,” tambah mas Bro. (Joko Lestari)


Berita Terkait


News Update