“Jakarta Fair sekarang sudah dikembangkan menjadi ajang pameran dan hiburan terlengkap dan terlama di Asia Tenggara yang digelar selama 25 penuh,” urai mas Bro.
“Melalui gelaran acara ini dibangun promosi dan event membangun kerja sama bisnis. Tak heran, jika setiap akhir gelaran dilaporkan jumlah transaksi bisnis yang terjadi,” kata Heri.
“Kabarnya jumlah pengunjung dan transaksi bisnis setiap tahun meningkat. Dari aspek ini, target Jakarta Fair sebagai ajang promosi dan pameran, tercapai,” kata mas Bro.
“Tapi sebagai ajang pesta rakyat kian menjauh. Tak semua warga Jakarta bisa serta merta memasuki arena PRJ, karena tadi dikenakan tarif untuk masuk,” kata Yudi.
“Iya, dulu PRJ yang digagas Ali Sadikin pertama kali digelar tahun 1968 sebagai ajang pesta rakyat. Warga masyarakat bisa memasuki arena, menyaksikan panggung hiburan apa saja tanpa dipungut bayaran. Itulah pesta rakyat sesungguhnya, “ jelas mas Bro.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Membangun untuk Kejayaan Semua
“Setuju pesta rakyat semacam itu masih perlu dikembalikan citranya. PRJ tetap dikemas menjadi Pesta Rakyat Jakarta. Lamanya cukup sepekan dengan menampilkan berbagai panggung hiburan untuk memperkuat Jakarta sebagai Kota Berbudaya,” ujar Yudi.
“Bahwa di luar pesta rakyat, digelar ajang promosi selama sebulan seperti sekarang ini, itu bagian dari perhelatan mendukung Kota Global,” ujar Heri.
“Jadilah Kota Global dan Berbudaya,” tambah mas Bro. (Joko Lestari)