Kisah Muhammad Alfatih: Penakluk Konstantinopel yang Mengubah Sejarah Dunia

Minggu 06 Jul 2025, 14:00 WIB
Kisah Muhamad Alfatih sang penakluk Konstantinopel. (Sumber: YouTube/Kilas Tokoh)

Kisah Muhamad Alfatih sang penakluk Konstantinopel. (Sumber: YouTube/Kilas Tokoh)

Ketika naik takhta penuh pada 1451, Alfatih baru berusia 19 tahun. Dunia Barat memandangnya sebelah mata, namun di balik usia mudanya, ia mempersiapkan rencana besar.

Alfatih memerintahkan pembangunan meriam Basilika, senjata raksasa sepanjang delapan meter dengan peluru batu seberat 600 kilogram, karya insinyur Hungaria bernama Urban.

Senjata ini menjadi salah satu faktor kunci yang belum pernah dicoba para penyerang sebelumnya. Selain itu, Alfatih membangun benteng Rumeli Hisare di tepi Selat Bosforus untuk memutus jalur bantuan dari Laut Hitam.

Langkah lainnya, yang tak kalah mengejutkan adalah menarik kapal-kapal melewati bukit dengan bantuan roda dan pelumas.

Armada Utsmani pun berhasil mengepung kota dari sisi yang tak terduga, memaksa Bizantium menghadapi tekanan dari segala arah.

Baca Juga: Hari Bulu Tangkis Sedunia Diperingati Tiap 5 Juli, Berikut Sejarahnya

Hari-Hari Pengepungan dan Perang Psikologi

Pengepungan dimulai pada 6 April 1453. Konstantinopel, yang dilindungi tembok kokoh setinggi 12 meter, harus menghadapi gempuran meriam Basilika setiap hari. Ledakan meriam bukan hanya meruntuhkan tembok sedikit demi sedikit, tetapi juga mematahkan semangat pertahanan Bizantium.

Alfatih tak hanya mengandalkan senjata dan pasukan. Ia memainkan peran penting sebagai pemimpin yang memompa semangat tentaranya setiap hari, memimpin doa bersama, dan menegaskan bahwa perjuangan ini adalah jihad yang dijanjikan Rasulullah.

Strategi psikologi ini menjadi kunci menjaga moral pasukan Utsmani tetap tinggi meskipun pengepungan berlangsung berlarut-larut. Tak berhenti di situ, Alfatih memerintahkan penggalian terowongan bawah tanah untuk meruntuhkan tembok dari dalam.

Meski pasukan Bizantium berhasil memergoki dan memerangi para penggali, semangat dan tekanan pasukan Utsmani tak kunjung surut.

Serangan Terakhir dan Kejatuhan Konstantinopel

Puncak serangan terjadi pada 29 Mei 1453, subuh hari. Alfatih mengatur serangan dalam tiga gelombang.

Gelombang terakhir adalah pasukan elit Janiseri yang menjadi penentu kemenangan. Salah satu gerbang kota, Kerkoporta, terbuka entah karena kelalaian atau takdir dan menjadi jalan masuk bagi pasukan Utsmani. Kaisar Konstantin XI sendiri memilih bertempur hingga akhir hayat.


Berita Terkait


News Update