MUSTIKA JAYA, POSKOTA.CO.ID - Rumah sempit di sudut gang kawasan Mustika Jaya, Kota Bekasi itu kini sunyi. Tak ada suara televisi, apalagi lampu yang menyala. Ruang tamu rumah tersebut sudah lama tak dipasangi penerangan.
Di dalamnya, seorang perempuan bernama Ratih Raynada, 30 tahun, hanya bisa terbaring lemah di atas kasur tipis, ditemani empat orang anak yang masih kecil-kecil. Sejak April 2025, ia mengalami kelumpuhan total usai menjalani operasi caesar di RSUD Kota Bekasi.
Ratih tak hanya kehilangan kemampuan berjalan. Ia juga kehilangan penghasilan sebagai sales, kehilangan suami, dan lebih menyakitkan lagi, harus melihat keempat anaknya berhenti sekolah karena tak ada biaya.
"Di belakang saya ini ada empat orang anak yang harus saya hidupin. Sejak saya jatuh sakit, semua anak saya sampai harus berhenti sekolah dari yang besar," ujarnya dengan suara lirih saat ditemui di rumah orang tuanya, tempat ia kini menumpang. Selasa, 1 Juli 2025.
Baca Juga: Diduga Korban Malpraktik, Ibu Muda Lumpuh Usai Operasi Caesar di RSUD Kota Bekasi
Kondisi Ratih kian mengenaskan. Untuk makan pun harus disuapi, meski sesekali ia masih berusaha memegang sendok sendiri agar tangan tak kaku. Air minum ia teguk lewat sedotan. Mirisnya, semua itu terjadi usai prosedur medis yang seharusnya menyelamatkan nyawanya dan sang bayi.
"Saya masih sadar saat dokter langsung membelah perut saya. Saya sudah teriak dan bilang sakit. Tapi tetap dibelek lagi. Saya pikir mau mati saat itu," ungkap Ratih
Menurut Ratih, awalnya ia datang ke RSUD Bekasi dalam kondisi ketuban pecah. Setelah menjalani pemeriksaan dan USG, ia langsung diminta bersiap operasi caesar. Ia menyetujui tindakan tersebut, termasuk permintaan untuk disterilisasi.
Namun proses operasinya berjalan tidak seperti yang diharapkan. Meski sudah diberikan bius, ia masih merasakan sakit luar biasa ketika perutnya dibedah.
"Waktu operasi kaki saya masih bisa digerakin sedikit. Saya masih sadar penuh. Tapi tetap dibelek dua kali. Sakitnya luar biasa," katanya.
Setelah persalinan, kondisi tubuh Ratih justru makin memburuk. Ia semakin lemas, sulit berdiri, dan akhirnya lumpuh total sejak April 2025. Dari hasil pemeriksaan dokter, ia kemudian didiagnosa menderita TB tulang.
"Saya jalan sedikit aja harus dipapah. Sekarang malah nggak bisa sama sekali. Pindah posisi pun sakit. Mau ke kamar mandi harus diangkat," ucapnya.
Sebagai tulang punggung keluarga, kondisi ini membuat Ratih benar-benar terpuruk. Suaminya yang dinikahi secara siri, memilih pergi sejak Februari lalu.
"Suami saya sudah kabur, enggak ada. Mungkin capek ngurusin orang begini kali. Biasanya kalau ke kamar mandi minta diangkatin, beli pampers. Akhirnya kabur," katanya getir.
Meski pihak RSUD Kota Bekasi masih memberikan pengobatan, Ratih merasa tidak mendapat pengawasan yang serius atas perkembangan kesehatannya.
Bahkan, dokter saraf yang menanganinya sempat mengatakan bahwa kemungkinan sembuhnya hanya 50 persen.
"Kalau seperti ini mah, bisa setahun katanya baru sembuh. Bisa sembuh, bisa nggak. Saya langsung mikir, kalau setahun baru pulih gimana anak-anak saya nantinya," kata Ratih
Kini, Ratih berharap ada keadilan bagi dirinya. Ia ingin rumah sakit bertanggung jawab, bukan hanya pada dirinya, tapi juga kepada keempat anaknya yang ikut menjadi korban dari musibah ini.
"Saya cuma minta keadilan. Tolong jangan cuma saya yang diobatin. Anak-anak saya ini juga butuh masa depan. Jangan sampai semua ikut hancur karena satu tindakan yang fatal," ungkapnya. (CR-3)