POSKOTA.CO.ID - Keluarga Juliana Marins, pendaki Brasil yang meninggal dunia saat di Gunung Rinjani, menyatakan menerima sepenuhnya prosedur evakuasi pendaki Rinjani yang dilakukan oleh tim SAR.
Pernyataan ini disampaikan oleh Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, usai bertemu dengan pihak keluarga korban yang difasilitasi oleh Kedutaan Besar Brasil di Indonesia.
Dalam pertemuan tersebut, Basarnas memaparkan secara detail tahapan evakuasi yang dilakukan sejak awal pencarian hingga pemulangan jenazah.
"Kami sampaikan seluruh kegiatan yang kami laksanakan, mulai dari pencarian hingga evakuasi, sebagai bentuk tanggung jawab moral pemerintah terhadap korban warga negara asing," ujar Syafii.
Ia juga menambahkan bahwa pihak keluarga diberikan kesempatan untuk memberikan masukan atau pertanyaan seputar proses tersebut.
"Alhamdulillah, keluarga Juliana bisa menerima situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan," ucapnya.
Sebagai tambahan informasi, jenazah Juliana Marins berhasil di evakuasi oleh tim SAR gabungan di kedalaman 600 meter pada Selasa, 24 Juni 2025.
Baca Juga: Siapa Agam Rinjani? Sosok Penyelamat Juliana Marins dari Jurang 600 Meter, Ini Profilnya
Autopsi Jenazah di RS Bali Mandara
Meski menerima proses evakuasi, pihak keluarga tetap meminta agar dilakukan autopsi guna memastikan penyebab dan waktu kematiannya.
Autopsi dilakukan oleh tim forensik RS Bali Mandara di Denpasar pada Kamis, 26 Juni 2025 malam.
Dokter Forensik Ida Bagus Putu Alit menjelaskan bahwa pemeriksaan dilakukan pada tiga rongga tubuh utama: kepala (tengkorak), dada, dan perut.
"Ketiga rongga tersebut kami buka dan periksa untuk mendapatkan informasi forensik yang dibutuhkan," ucapnya.
Setelah autopsi selesai, jenazah Juliana Marins rencananya akan diserahkan kepada pihak keluarga dan dipulangkan ke Brasil.