Bigmo saat tampil dalam video bersama Pandji Pragiwaksono, membagikan kisah mengejutkan tentang masa lalu keluarganya. (Sumber: TikTok/@clipperbigmo11)

HIBURAN

Viral Sosok Ayah Bigmo Jannah Terjerat Kasus Korupsi: Siapa Muhammad Nasihan dan Apa Pekerjaannya?

Rabu 25 Jun 2025, 13:15 WIB

POSKOTA.CO.ID - Muhammad Jannah, yang lebih populer dengan nama panggung Bigmo, adalah seorang TikToker yang tengah naik daun. Ia dikenal lewat konten-konten yang kerap menimbulkan kontroversi dan memancing reaksi publik.

Salah satu yang paling viral adalah pernyataannya yang menyebut Surabaya sebagai "kota Ter-L", yang kemudian memicu perdebatan panas di media sosial.

Bigmo bukan hanya dikenal karena kelancangannya dalam berbicara, tapi juga karena keterampilan komunikasinya yang spontan dan penuh satire.

Namanya mulai melambung sejak aktif membagikan video pendek yang mengangkat tema sosial, keagamaan, hingga opini personal yang frontal dan tak jarang memancing “rage bait” dari warganet.

Baca Juga: Viral! Bocah Indonesia Dihantam Botol Wine di Singapura, Pelaku Tertawa Sambil Acungkan Pisau

Kolaborasi dengan Pandji Pragiwaksono dan Pengakuan Mengejutkan

Dalam sebuah video kolaborasi dengan Pandji Pragiwaksono yang diunggah melalui akun TikTok @clipperbigmo11, Bigmo membuka sisi lain dari hidupnya. Di hadapan komika senior itu, ia secara blak-blakan mengungkap bahwa ayahnya pernah terseret kasus korupsi.

Pengakuan ini sontak mengejutkan Pandji. Dengan ekspresi tak percaya, Pandji menanggapi, “Oh wow, kerja di mana?” Sebagai jawaban, Bigmo menyebut bahwa sang ayah adalah seorang pengacara. Ia kemudian mengungkap nama ayahnya, Muhammad Nashihan.

Namun, menariknya, Bigmo menegaskan bahwa sosok ayahnya bukanlah figur yang dikenal publik. Bahkan, menurutnya, hanya sedikit orang yang tahu soal kasus korupsi tersebut.

Siapa Muhammad Nashihan?

Dari penelusuran informasi yang dapat ditemukan di situs resmi Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Batam, nama Muhammad Nashihan memang tercatat sebagai terpidana kasus korupsi. Sayangnya, tidak banyak informasi detail mengenai kronologi maupun modus kejahatan yang dilakukan.

Namun, diketahui bahwa hasil lelang dari barang rampasan negara atas kasus tersebut telah diserahkan kepada Pemerintah Kota Batam oleh Kejaksaan RI pada 11 Juli 2024. Total dana yang diserahkan mencapai lebih dari Rp4,8 miliar. Fakta ini menunjukkan bahwa kasus korupsi yang melibatkan Nashihan memiliki nilai kerugian negara yang signifikan.

Ketertutupan Informasi dan Strategi Naratif Bigmo

Menariknya, dalam video tersebut, Bigmo sama sekali tidak membeberkan secara rinci soal kasus korupsi ayahnya, meskipun Pandji mencoba menggali lebih dalam. Pertanyaan “Kasus korupsi apa?” dari Pandji tak mendapat jawaban tegas.

Bisa jadi ini adalah bagian dari strategi komunikasi Bigmo mengungkap cukup untuk menciptakan perhatian, namun tidak membocorkan terlalu banyak yang bisa berisiko hukum atau sosial.

Hal ini juga memperlihatkan bagaimana para konten kreator saat ini kerap memainkan batas tipis antara keterbukaan dan privasi, terutama ketika berkaitan dengan keluarga atau masa lalu yang sensitif.

Dampak Sosial: Antara Simpati dan Stigma

Pengakuan Bigmo ini mengundang reaksi beragam dari publik. Ada yang menunjukkan simpati, menganggapnya berani dan jujur membagikan kisah keluarga yang kelam. Namun tak sedikit pula yang menilai bahwa informasi tersebut dapat menimbulkan stigma baru, baik kepada dirinya maupun keluarganya.

Di era media sosial, keterkaitan antara reputasi pribadi dan keluarga bisa sangat erat. Meskipun secara hukum seseorang tidak bisa dimintai pertanggungjawaban atas kesalahan orang tuanya, dalam pandangan masyarakat, nilai moral dan latar keluarga tetap menjadi tolok ukur sosial.

Ketika Konten Menjadi Panggung Pengakuan

Fenomena ini menegaskan kembali pergeseran tren konten digital—dari sekadar hiburan ke pengakuan dan eksposur personal. Konten tidak lagi hanya tentang produk atau pesan edukatif, tapi juga menjadi sarana pencitraan, bahkan katarsis.

Bigmo, dengan gayanya yang lugas dan kontroversial, memanfaatkan platform untuk membentuk narasi dirinya secara aktif. Ia mengontrol cerita yang ingin dibagikan, termasuk bagian dari masa lalunya yang tidak ideal.

Korelasi Popularitas dan Masa Lalu

Sejumlah figur publik telah membuktikan bahwa masa lalu yang kelam tidak selalu menghalangi popularitas, bahkan bisa menjadi batu loncatan untuk membangun koneksi emosional dengan audiens.

Dalam konteks Bigmo, kisah tentang ayahnya yang tersandung korupsi bisa menambah lapisan kompleksitas dalam persona publiknya. Ia tidak hanya sekadar konten kreator yang vokal dan provokatif, tetapi juga seseorang yang tumbuh dalam lingkungan dengan tantangan moral.

Masih Misterius: Fakta Hukum Kasus Nashihan

Hingga kini, tidak banyak informasi yang tersedia secara publik terkait perkara yang menjerat Muhammad Nashihan. Fakta bahwa hasil lelang rampasan negara dari kasusnya bernilai miliaran rupiah menunjukkan adanya dimensi serius dalam kasus tersebut.

Namun, tanpa adanya dokumentasi terbuka atau putusan pengadilan yang bisa diakses publik, spekulasi dan pencarian fakta akan terus berlanjut.

Baca Juga: Profil Elvy Sukaesih Ratu Dangdut yang Disebut Mirip Tasyi Athasyia

Bigmo dan Fenomena “Cancel Culture”

Dalam dunia yang cepat memaafkan tapi juga cepat menghakimi, Bigmo mungkin berada di wilayah abu-abu. Ada kemungkinan bahwa pengakuannya akan membangkitkan empati, tetapi ada juga risiko terkena efek “cancel culture”, apalagi jika publik mengaitkan kepribadiannya dengan masa lalu keluarganya.

Namun sejauh ini, Bigmo tampak tidak goyah. Ia terus aktif di platform digital, menunjukkan bahwa ia telah siap dengan konsekuensi keterbukaan tersebut.

Kasus Bigmo dan ayahnya adalah gambaran nyata bagaimana dinamika digital dan kehidupan pribadi dapat saling bersinggungan. Ketika kehidupan pribadi dibawa ke ruang publik, batas antara jujur dan sensasional menjadi tipis.

Pengakuan Bigmo adalah bentuk lain dari narasi digital yang berkembang saat ini menawarkan kisah, membuka luka lama, tetapi juga memberi ruang bagi publik untuk menilai, memahami, bahkan memberi ruang maaf.

Sebagai publik, kita perlu lebih bijak menyikapi setiap narasi yang muncul. Tidak semua kebenaran perlu menjadi bahan hiburan, dan tidak semua masa lalu layak menjadi bahan penilaian terhadap seseorang di masa kini.

Tags:
Viral TikTok BigmoKasus korupsi Muhammad NashihanPandji Pragiwaksono collabAyah Bigmo korupsiMuhammad JannahBigmo

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor