CILEDUG, POSKOTA.CO.ID - Aktivitas perdagangan di Pasar Ciledug, Kota Tangerang, Banten, terpantau lesu meski harga bahan pokok relatif stabil dalam beberapa pekan terakhir.
Situasi ini tampaknya membuat beberapa penjual meninggalkan Pasar Ciledug. Puluhan lapak terlihat kosong tak berpenghuni.
Menurut seorang pedagang, Rasman, 47 tahun, yang sudah satu dekade berjualan pakaian menyebut bahwa kondisi ini sudah terjadi sejak pandemi Covid-19 melanda.
Rasman mengatakan, Pasar Ciledug ramainya hanya setahun sekali, yakni pada momen menjelang lebaran Idul Fitri.
Baca Juga: Kisah Pedagang Pasar Kebon Kembang yang Terbakar Harapan
“Memang sepi lah, sejak Covid itu sepinya luar biasa. Jadi semakin ke sini kalau saya sudah terbiasa. Ini aja paling ramenya sekali setahun, waktu lebaran. Akhir tahun pun belum tentu,” katanya.
Walau kondisi sepi dialaminya, ia tetap bersyukur masih bisa memutar modal penjualan walau pas-pasan.
Pedagang lainnya, Lidia, 42 tahun, yang menempati lapak persis di depan pasar menyampaikan bahwa situasi yang terjadi sekarang, jumlah pedagang lebih banyak dibandingkan pembeli.
Menurutnya, kondisi ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja, membuat daya beli masyarakat menurun.
“Gimana enggak sepi, sekarang sudah lebih banyak pedagang daripada pembeli. Sementara alasan harga yang naik atau turun tetap enggak menjamin mengubah kondisi pasar. Buktinya sekarang harga stabil masih sepi. Emang faktor ekonomi juga sih,” jelasnya.
Selain itu, kata Lidia, masyarakat pun kini mulai beralih ke belanja online, termasuk kebutuhan pokok.
“Sekarang kan apa-apa sudah online. Orang sudah pada males ke pasar langsung. Walau harganya sedikit lebih mahal, tapi kan online dipenuhi promo jadi itu salah satu faktornya juga,” ujarnya.
Omzet Turun Drastis
Sementara pedagang lainnya, Sabrona, 50 tahun, mengeluhkan bahwa omzet hingga sore per hari ini, baru mengantongi Rp230 ribu.
Baca Juga: Harga Cabai dan Sayur di Pasar Tradisional Jakarta Meroket, Dinas KPKP Ungkap Penyebabnya
“Jauh drastis sepinya. Padahal Pasar Ciledug ini sudah lama banget berdirinya dan saya pun sudah hampir 30 tahun di sini," jelasnya.
Tapi enggak menjamin pasar yang lama ada tetap ramai. Sedih lah dari pagi-sore hanya cukup mutar modal yang penting tetap jualan,” katanya.
Pedagang berharap pemerintah daerah turun tangan dengan memberikan solusi konkret.
Baik dari promosi pasar tradisional, subsidi usaha kecil, hingga penyelenggaraan kegiatan ekonomi di area pasar untuk mendongkrak jumlah pengunjung.
"Kita butuh perhatian dari pemerintah. Jangan sampai pasar tradisional semakin ditinggalkan karena lesu begini," ujar Siska.
Meski terus berupaya bertahan di tengah kondisi sulit, para pedagang berharap suara mereka tidak sekadar terdengar, tapi juga ditindaklanjuti.
Di tengah geliat pembangunan dan modernisasi kota, mereka tak ingin pasar tradisional perlahan mati pelan-pelan tanpa perhatian. (CR-1)