Survival Mode Bukan Gangguan Mental, Tapi Mekanisme Bertahan dari Luka Mendalam

Senin 23 Jun 2025, 11:16 WIB
Survival mode bukan penyakit. Ia adalah alarm yang pernah menyelamatkanmu dari luka yang tak tertanggungkan. (Sumber: Pinterest)

Survival mode bukan penyakit. Ia adalah alarm yang pernah menyelamatkanmu dari luka yang tak tertanggungkan. (Sumber: Pinterest)

Pendekatan ini mengajak kita untuk:

  • Berhenti menyalahkan reaksi emosional yang muncul
  • Menerima bahwa rasa panik dan cemas adalah bentuk alarm, bukan kelemahan
  • Membangun hubungan dialogis dengan tubuh dan emosi sendiri

Journaling: Alat Refleksi untuk Merangkul Sisi Rentan

Salah satu cara paling efektif untuk memulai perjalanan pulang ke diri sendiri adalah melalui journaling menulis secara reflektif. Ini bukan tentang menjadi “lebih baik lebih cepat”, melainkan memberi ruang bagi suara hati yang selama ini terkubur dalam tuntutan untuk kuat terus-menerus.

Cobalah ambil jurnal atau buku catatan harianmu. Lanjutkan tiga kalimat sederhana ini:

  1. Bagian diriku yang selama ini berjaga adalah…
  2. Aku ingin bilang terima kasih karena…
  3. Mulai hari ini, aku izinkan diriku untuk merasa…

Tiga kalimat ini adalah jembatan antara rasa marah pada diri sendiri dan rasa syukur pada sisi yang pernah menyelamatkanmu. Mereka membuka jalan bagi proses memeluk, bukan lagi melawan.

Merawat Rasa Aman di Tengah Kewajiban Hidup

Tantangan terbesar setelah menyadari peran survival mode adalah menciptakan lingkungan yang aman secara emosional untuk diri sendiri. Ini berarti mengurangi tekanan internal seperti:

  • Terlalu keras pada diri saat gagal
  • Memaksakan produktivitas tanpa istirahat
  • Mengabaikan sinyal kelelahan mental

Menghadirkan rasa aman bisa dilakukan melalui langkah-langkah kecil:

  • Memberi jeda untuk bernapas dan istirahat
  • Menciptakan rutinitas harian yang stabil
  • Menjauh dari relasi atau lingkungan yang menguras energi
  • Belajar mengomunikasikan kebutuhan emosional tanpa rasa bersalah

Baca Juga: Hari Janda Internasional Diperingati Tiap 23 Juni, Berikut Sejarah dan Tujuannya

Dari Kelelahan Menuju Pemulihan

Rasa lelah bukan tanda bahwa Anda kalah. Ia adalah sinyal bahwa Anda telah terlalu lama berjalan tanpa jeda. Dan bagian diri yang menjaga Anda selama ini meskipun penuh dengan kecemasan, panik, dan mekanisme bertahan yang ekstrem perlu dihargai, bukan dilupakan.

Mengubah cara kita melihat survival mode dari musuh menjadi sekutu, adalah langkah awal dalam pemulihan jangka panjang. Dalam dunia yang terus-menerus menuntut produktivitas, pulang ke diri sendiri adalah bentuk perlawanan yang paling penuh kasih.

Tidak ada jalan pintas untuk membangun rasa aman. Namun, selalu ada langkah kecil yang bisa diambil hari ini: berhenti menyalahkan diri, mulai mendengarkan tubuh dan emosi, dan menulis sebagai bentuk pengakuan.

Kamu tidak sendirian. Dan kamu tidak perlu kuat terus-menerus. Kamu layak merasa aman.


Berita Terkait


News Update