Ilustrasi dua orang laki-laki sedang berbincang-bincang. (Sumber: PxHere)

GAYA HIDUP

5 Cara Cerdas Mengatakan 'Tidak' atau Melakukan Penolakan Tanpa Menyakiti Perasaan, Kesehatan Mental

Minggu 22 Jun 2025, 13:31 WIB

POSKOTA.CO.ID – Mengatakan “tidak” kepada keluarga atau kerabat dekat bukan perkara mudah, terutama dalam budaya Indonesia, di mana penolakan sering kali dianggap sebagai bentuk egois atau tidak peduli.

Seperti yang dikatakan oleh mental health advocate Gayathri Arvind, “Di sini, kata ‘tidak’ bukan sekadar kata, tapi hal yang personal," dikutip oleh Poskota dari kanal YouTube Abhasa - Mental Health pada Minggu, 22 Juni 2025.

Satu kata “tidak” bisa memicu rasa bersalah, drama emosional, bahkan air mata.

Namun, menolak permintaan keluarga bukan berarti Anda tidak mencintai mereka. Ini adalah bentuk perlindungan diri, sebuah cara untuk menjaga kesehatan mental, waktu, dan energi. Lalu bagaimana cara mengatakan “tidak” tanpa menyakiti mereka? Berikut lima metode cerdas yang bisa Anda coba.

Baca Juga: Jangan Abai! Pakar Sebut Stres Kronis Dapat Memengaruhi Kualitas Otak, Tips Kesehatan Mental

Metode "Soft No". Mulai dengan Ya, Akhiri dengan Penjelasan

Orang cenderung menolak penolakan yang disampaikan secara langsung. Kalimat seperti “nggak bisa, Ma” bisa terdengar keras dan menyinggung. Sebaliknya, cobalah awali dengan pernyataan positif.

Contoh:

“Aku sebenarnya ingin ikut ke kuil, tapi besok ada rapat penting yang harus aku siapkan,”

Pendekatan ini memberi efek psikologis positif. Menurut Gayathri, “Ketika otak mendengar penolakan langsung, bagian amigdala, pusat emosi, langsung aktif, memicu perasaan kecewa atau tersinggung.”

Dengan memulai dari penerimaan, penjelasan Anda diterima sebagai alasan, bukan penolakan.

Baca Juga: Tips Tetap Konsisten terhadap Apa Saja, Begini Penjelasan Praktisi Kesehatan Mental

Ubah “Tidak” Jadi “Ya” yang Ditunda

Tak hanya penolakan yang menyakitkan, ketidakpastian juga bisa memicu emosi negatif. Daripada menolak secara mentah, coba tawarkan alternatif.

Contoh:

“Pergi ke kuil kedengarannya menyenangkan, tapi aku ada rapat hari ini. Mungkin kita bisa pergi bareng akhir pekan ini?”

Dengan memberi opsi lain, fokus mereka bergeser dari rasa ditolak menjadi pada kemungkinan baru. Anda tak sedang menolak mereka, melainkan menjadwalkan ulang.

Baca Juga: Jangan Diabaikan! Inilah 5 Tanda Anda Perlu Batasan Diri dengan Orang Lain untuk Menjaga Kesehatan Mental

Metode “Buffer Zone” – Tunda Respons Anda

Jika Anda tidak bisa langsung memberikan alternatif, berikan jeda waktu sebelum menjawab. Ini memberi ruang bagi Anda berpikir dan mereka untuk mendinginkan kepala.

Contoh:

“Bisa kita bahas ini nanti malam setelah aku selesai kerja?”

Reaksi emosional biasanya muncul secara spontan. Saat Anda menunda, perasaan kecewa mereka mereda, dan respons Anda nanti akan diterima dengan lebih rasional.

Baca Juga: 8 Kebiasaan Ini Terbukti Tingkatkan Kesehatan Mental, Sudah Coba?

Metode “Empathy No” – Tunjukkan Rasa Sayang

Kadang, permintaan keluarga datang dengan harapan tinggi. Jika Anda langsung menolak, bisa terdengar kasar. Gunakan empati untuk menyampaikan rasa tidak enak.

Contoh:

“Aku sungguh ingin pergi ke kuil dan menghabiskan waktu bersama kalian, tapi minggu ini aku benar-benar dikejar deadline. Aku juga sedih karena harus melewatkan momen itu.”

Menurut Gayathri, ketika Anda menunjukkan kepedulian, respons mereka berubah dari, “Kenapa kamu nolak?” menjadi, “Dia sebenarnya ingin, tapi nggak bisa.” Rasa empati mengurangi kekecewaan mereka.

Baca Juga: Tips Meningkatkan Kepercayaan Diri, Begini Penjelasan Praktisi Kesehatan Mental

Metode “Outsource” – Salahkan Faktor Eksternal

Jika semua cara di atas masih terasa berat, Anda bisa menempatkan alasan di luar diri Anda. Ini bukan menyalahkan, tapi menunjukkan bahwa Anda tidak punya kendali atas situasinya.

Contoh:

“Aku mau banget ikut, tapi manajer barusan kasih kerjaan tambahan. Aku bahkan belum sempat istirahat.”

Ketika alasannya eksternal, seperti pekerjaan, kondisi kesehatan, atau hal mendesak lainnya, mereka lebih mudah menerima. Rasa frustrasi pun beralih dari Anda ke keadaan.

Mungkin metode-metode di atas terdengar seperti siasat licik. Namun sebenarnya, ini adalah cara yang bijak untuk menetapkan batasan.

“Mengatakan tidak itu bukan egois, itu perlindungan diri. Kalau Anda selalu bilang ya, Anda akan kelelahan, marah dalam diam, dan mengorbankan diri sendiri demi menyenangkan semua orang,” ujar Gayathri.

Baca Juga: Tips Mengatasi Insecure dan Berhenti Terlalu Mengkhawatirkan Penilaian Orang Lain, Begini Penjelasan Praktisi Kesehatan Mental

Membangun batasan bukanlah kesalahan. Yang keliru adalah menyampaikan penolakan dengan cara yang melukai.

Dengan lima cara ini, Anda bisa menjaga kesehatan mental tanpa merusak hubungan keluarga. Tidak perlu rasa bersalah, tidak perlu pertengkaran, dan tidak perlu penyesalan.

Tags:
penolakankomunikasicara mengatakan tidakkesehatan mental

Muhamad Arip Apandi

Reporter

Muhamad Arip Apandi

Editor