POSKOTA.CO.ID – Rumor mengenai kemungkinan sejumlah pemain diaspora Indonesia bermain di Liga 1 musim depan kembali menguat dalam beberapa hari terakhir.
Menanggapi hal ini, pandit sepak bola Binder Singh menyampaikan pandangannya secara kritis dan faktual dengan menyoroti pentingnya pengembangan pemain di luar negeri dan risiko "zona nyaman" jika pulang ke tanah air terlalu dini.
Binder menyebut bahwa rumor tersebut telah berkembang di berbagai platform media sosial dan media digital sejak bulan lalu. Namun, pembicaraan menjadi semakin luas dalam dua hari terakhir.
“Saya juga paham, ada beberapa di antara teman-teman yang pro dan juga kontra tentang ide bagi para pemain diaspora Indonesia bermain di Liga 1,” ujar Binder, dikutip oleh Poskota dari kanal YouTube Bola Bung Binder pada Sabtu, 21 Juni 2025.
Baca Juga: Rumor Transfer: Siapa Dia? Persib Bandung Diisukan Gaet Penggawa Timnas untuk Perkuat Lini Belakang
Menurut Binder, pemain diaspora yang tidak mendapatkan klub di Eropa sebaiknya mencoba mencari peluang di negara-negara Asia lain sebelum memutuskan kembali ke Indonesia. Ia menekankan bahwa kualitas Liga 1 belum sebanding dengan liga-liga top Asia lainnya.
“Liga 1 Indonesia itu bukanlah liga yang sebaik atau sekompetitif seperti beberapa liga lainnya di Asia. Bahkan Indonesia berada di bawah Kamboja, Malaysia, Vietnam, dan juga tentunya Thailand,” jelasnya, merujuk pada peringkat AFC terbaru.
Meski mengakui animo suporter Liga 1 yang besar, ia menekankan bahwa kualitas kompetisi tetap menjadi ukuran utama. Ia juga menilai mayoritas pemain diaspora memiliki teknik dan visi bermain yang berada di atas rata-rata pemain lokal karena pembinaan mereka di Eropa, khususnya Belanda.
“Jadi, memang pada saat mereka nanti seandainya bermain di Liga 1, ya tentu mereka adalah star player, karena teknik mereka lebih baik, visi mereka lebih baik,” kata Binder.
Baca Juga: Jadwal Drawing Kualifikasi Piala Dunia 2026 Round 4 di Malaysia, Timnas Indonesia Hadapi Negara Arab
Namun demikian, ia mengingatkan bahwa bermain di Liga 1 berisiko membuat para pemain tersebut kehilangan kualitas dan motivasi karena berada dalam comfort zone.
“Bahkan saya pernah mengatakan tentang Marcelino sebelumnya, dia terlalu bagus di Liga 1, akhirnya dia keluar. Tapi dia tetap struggle, dia berjuang agar dia mendapatkan menit bermain tersebut,” katanya.
Binder menyoroti pentingnya latihan keras, pola hidup disiplin, serta persaingan sehat di luar negeri yang akan meningkatkan kualitas pemain. Ia membandingkan kondisi pemain diaspora dengan pemain yang dibina di Indonesia dan menunjukkan bahwa pemain diaspora sering kali memiliki keunggulan performa.
“Yang ditargetkan adalah pemain-pemain yang bermain di luar negeri, bukan pemain-pemain yang bermain di Liga 1 kemudian dinaturalisasi,” tegasnya.
Baca Juga: Next Transfer Persija: Incar Bintang Timnas Indonesia dan Pemain Asing, Target Juara Musim Depan
Binder juga menanggapi pihak-pihak yang menolak pemain diaspora bermain di Liga 1 karena menganggap liga dalam negeri bermasalah.
“Sebenarnya enggak juga, enggak carut-marut juga... Tapi kan tidak semua pertandingan dan tidak semua stadion yang lapangannya bagus,” ujar dia, seraya menegaskan pentingnya infrastruktur dan kestabilan finansial klub.
Binder menyatakan bahwa tidak ada larangan bagi pemain diaspora untuk bermain di Liga 1, namun keputusan tersebut harus mempertimbangkan dampaknya terhadap performa dan masa depan mereka di Timnas Indonesia.
“Kalau yang masih muda, ya harus struggle cari klub di luar, karena bukan saja para pemain akan bermain di sana, tapi akan berlatih juga di sana,” ujarnya.