Baca Juga: 99 Bangunan Liar di Tambun Bekasi Dibongkar
“Kami dijanjikan kurikulum Cambridge, tapi ternyata bukan. Jadi tidak sesuai materi aslinya,” kata Silvia saat dikonfirmasi.
Selain itu, pembelajaran agama yang dijanjikan pun juga tidak maksimal. Menurut Silvia, anaknya jarang mendapat hafalan surah Al-Qur'an sebagaimana dijanjikan sebelumnya.
"Lalu dari agamanya pun pelajarannya juga kurang, tidak ada hafalan (surat Al Quran)," kata Silvia
Kekecewaan serupa disampaikan Benny Sugeng Waluyo (42), orang tua siswa berkebutuhan khusus (ABK). Ia mengaku dijanjikan layanan inklusi dan pendamping khusus di kelas yang tak pernah diberikan.
“Katanya ada pendamping di kelas, ternyata tidak ada. Padahal saya sudah bayar tambahan Rp1 juta tiap tiga bulan untuk itu,” kata Benny.
Benny juga mengungkapkan layanan terapi klinis untuk ABK yang dijanjikan tak pernah terealisasi.
“Terapi buat anak saya nggak ada sama sekali. Saya udah bayar mahal, tapi tidak pernah terealisasi,” keluhnya.
Warsim menegaskan pihak Disdik akan terus mengawasi proses penyegelan serta menindak tegas sekolah-sekolah yang melanggar prosedur serupa demi melindungi hak pendidikan anak-anak di Kota Bekasi.(Nurpini Aulia Rapika)