Baca Juga: Apa Perbedaan Gunung Lewotobi Laki‑Laki dan Perempuan? Heboh Erupsi Hebat di NTT
Aktivitas Vulkanik Meningkat Drastis
Letusan Gunung Lewotobi Laki-laki terjadi lima kali dalam enam jam pada Selasa 17 Juni, disertai kolom abu setinggi 10.000 meter dan awan panas yang menyebar ke segala arah.
Data seismik menunjukkan peningkatan gempa vulkanik dalam yang biasanya 8-10 kejadian per hari melonjak menjadi 50 kali dalam dua jam.
“Dari data deformasi tiltmeter dan GPS, terlihat indikasi inflasi yang mengindikasikan tekanan dari dalam tubuh gunungapi, berpotensi memicu erupsi lebih besar,” papar Wafid.
Dampak Erupsi: Hujan Kerikil dan Pengungsian
Erupsi terbaru ini memicu hujan kerikil dan abu vulkanik yang melanda sejumlah desa, termasuk Nurabelen, Boru, Hewa, dan Watobuku. Sejumlah warga telah mengungsi ke lokasi yang lebih aman, seperti Desa Konga dan Nileknoheng.
“Petugas pos pantau terpaksa mengungsi ke Gereja di Desa Pululera karena area pantau dihujani batu kerikil,” lapor Abdul Muhari, Kepala Pusat Data BNPB.
BNPB dan PVMBG terus memantau perkembangan aktivitas gunung. Masyarakat diimbau untuk:
- Menghindari zona bahaya sesuai radius yang ditetapkan.
- Siap siaga menghadapi banjir lahar, terutama saat hujan deras.
- Menggunakan masker jika terpapar abu vulkanik.
Baca Juga: Gunung Lewotobi Laki-laki Meletus: Status Naik ke Awas, Warga Diimbau Waspada Potensi Erupsi Susulan
Letusan kali ini merupakan yang terbesar sejak akhir 2023. Dengan status Awas (Level IV), antisipasi dan koordinasi antara pemerintah dan warga menjadi kunci untuk meminimalkan risiko bencana.
Dengan status Awas yang masih berlaku, warga di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki harus terus memantau perkembangan terbaru dari pihak berwenang.
Masyarakat diharapkan segera mengungsi ke tempat aman jika terjadi peningkatan aktivitas vulkanik dan selalu siap siaga menghadapi berbagai skenario darurat.
BNPB dan PVMBG akan terus memperbarui informasi terkini mengenai aktivitas gunung api ini melalui saluran resmi. Kerja sama antara pemerintah, relawan, dan warga setempat menjadi kunci utama dalam meminimalisir dampak bencana ini.