POSKOTA.CO.ID - Dewasa ini, masyarakat sudah mulai terbuka dan peduli terhadap masalah kesehatan mental atau mental illness yang selama ini dinilai tabu.
Padahal memahami soal kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik.
Sejumlah ahli bahkan berpendapat jika kesehatan mental dapat memengaruhi kesehatan fisik seseorang.
Misalnya, orang yang sedang depresi dan tidak memiliki minat melakukan apapun pasti juga kehilangan nafsu makan. Jika orang tersebut tidak makan dalam waktu yang lama, maka hal itu dapat membuat kondisi kesehatan tubuhnya menurun.
Maka dari itu, sangat penting bagi masyarakat untuk mengetahui jenis-jenis penyakit kesehatan mental beserta gejala dan penyebabnya agar bisa mengetahui cara mengatasinya dengan tepat.
Jenis-jenis Gangguan Mental
Berikut ini beberapa jenis gangguan mental yang perlu diketahui masyarakat agar memahami cara mengatasinya, seperti dikutip dari laman resmi Kemenkes.
Baca Juga: Mirip Tapi Bukan Sama, Begini Cara Membedakan Stres dan Anxiety yang Sering Terjadi Sehari-hari
1. Depresi
Depresi merupakan salah satu gangguan jiwa yang cukup umum di dengar masyarakat. Karena hal ini pula lah, banyak yang menganggap remeh masalah depresi bahkan hanya menganggapnya sebagai masalah stres biasa.
Gangguan kesehatan mental ini umumnya makan membuat seseorang kehilangan minat terhadap apapun dan juga terus merasa sedih berkepanjangan.
Seseorang yang mengalami depresi mungkin merasa sedih, cemas, kehilangan minat terhadap aktivitas yang biasanya mereka sukai, merasa tidak berharga, atau memiliki pemikiran negatif yang berulang tentang diri sendiri, kehidupan, atau kematian.
Gejala Depresi
- Sedih dan murung.
- Kehilangan semangat dan energi.
- Hilang nafsu makan.
- Sulit tidur atau sebaliknya tidur berlebihan.
- Merasa pesimis dan tidak berguna.
- Sulit berkonsentrasi dan membuat keputusan.
- Gelisah dan tidak tenang.
- Merasa bersalah dan putus asa
- Memiliki pikiran menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
- Gangguan fisik, seperti nyeri punggung dan sakit kepala.
Penyebab Depresi
Baca Juga: Begini Cara Kerja Motor Protein Kinesin, Sang Pengantar Nutrisi Penopang Kehidupan Manusia
- Mengalami peristiwa traumatis, seperti kehilangan orang yang dicintai, kekerasan, kebangkrutan, atau kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian.
- Riwayat gangguan kesehatan mental dalam keluarga.
- Penyalahgunaan alkohol atau obat terlarang, atau konsumsi obat berlebihan.
Hindari melakukan self diagnose atau mendiagnosis diri sendiri. Jika merasakan gejala di atas, sebaiknya langsung cari bantuan dokter atau ahli.
2. Gangguan Kecemasan
Merasa cemas ketika hendak melakukan suatu hal yang baru atau tidak biasa, sebetulnya wajar dialami oleh setiap orang. Sebut saja, misalnya berpidato di depan umum, mengerjakan ujian, atau melakukan wawancara.
Namun, rasa cemas ini akan berubah menjadi masalah gangguan kecemasan atau anxiety disorder ketika penderitanya merespon situasi atau hal-hal yang dialaminya dengan perasaan takut, cemas, dan khawatir yang berlebihan, bahkan tanpa alasan yang jelas.
Rasa cemas berlebihan dan tanpa alasan yang jelas ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya.
Gejala Gangguan Kecemasan
- Rasa gelisah, tegang dan sulit tenang.
- Sulit berkonsentrasi atau merasa mudah terganggu.
- Mengalami gangguan tidur.
- Sakit kepala, nyeri otot, atau gangguan pencernaan.
- Merasa lelah berlebihan.
- Napas tersengal-sengal atau sesak napas.
- Mual.
- Otot tegang atau tremor.
- Keringat dingin.
- Jantung berdebar-debar.
Penyebab Gangguan Kecemasan
- Ketidakseimbangan senyawa kimia dalam otak yang dikenal sebagai neurotransmitter, serta hormon seperti serotonin, dopamin, atau norepinephrine.
- Kelainan pada otak, dimana terjadi peningkatan aktivitas amygdala, yaitu bagian otak yang berperan dalam mengelola rasa takut dan cemas.
- Faktor genetika yang membuat risiko seseorang terserang gangguan kecemasan lebih tinggi.
- Stres atau trauma yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengubah neurotransmitter yang mengendalikan suasana hati Anda, sehingga dapat memicu timbulnya gangguan kecemasan.
3. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Pos Traumatic Stress Disorder (PTSD) merupakan kondisi kejiwaan yang terjadi pada seseorang rang yang mengalami atau menyaksikan suatu peristiwa traumatis atau serangkaian peristiwa traumatis yang mengerikan bahkan mengancam jiwa.
Umumnya, gejala PTSD akan muncul dalam jangka waktu yang terbilang cukup pendek, yakni mulai beberapa hari setelah kejadian.
Namun, agar seseorang dapat didiagnosis menderita PTSD, gejalanya harus berlangsung selama lebih dari sebulan dan harus menyebabkan tekanan atau masalah yang signifikan dalam fungsi sehari-hari individu tersebut.
Gejala Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
- Ingatan terhadap peristiwa masa lalu yang muncul berulang-ulang dan menimbulkan rasa takut dan cemas, sehingga mengganggu penderitanya.
- Sulit tidur dan sering bermimpi buruk.
- Kecenderungan untuk menghindari tempat, aktivitas, dan hal-hal yang berhubungan dengan peristiwa traumatis tersebut.
- Perubahan perilaku dan emosi, seperti mudah stres, marah, takut, dan susah berkonsentrasi.
Penyebab Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Peristiwa atau kejadian traumatis yang bisa memicu gejala PTSD antara lain kecelakaan, kekerasan fisik dan perundungan, pelecehan seksual, bencana alam, peperangan, atau penyakit yang mengancam jiwa seperti serangan jantung.