“Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mengakses sistem elektronik milik orang lain akan dipidana penjara paling lama enam tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000.”
Tinjauan Etika: Antara Kepedulian dan Pelanggaran
Dari perspektif etika pendidikan, guru merupakan sosok yang bertanggung jawab tidak hanya terhadap disiplin siswa, tetapi juga menjadi pelindung hak-hak mereka sebagai individu. Ketika seorang pendidik memeriksa ponsel siswa tanpa persetujuan, ini bisa menjadi bentuk pelanggaran terhadap prinsip etika dan kepercayaan yang semestinya dibangun antara guru dan murid.
Etika pendidikan menekankan bahwa pendidik harus:
- Menjaga martabat siswa sebagai individu.
- Menghormati hak atas privasi siswa.
- Bertindak transparan dalam setiap bentuk tindakan korektif.
Langkah pemeriksaan HP tanpa komunikasi terbuka justru bisa memperkeruh hubungan guru dan murid, bahkan menciptakan ketakutan atau rasa tidak nyaman di lingkungan belajar.
Alternatif Solusi: Membangun Budaya Digital yang Sehat
Larangan membawa HP ke sekolah sah-sah saja diterapkan sebagai kebijakan pendidikan. Namun, tindakan yang diambil untuk menegakkan aturan tersebut perlu dirancang secara adil, proporsional, dan menghormati hak asasi siswa.
Berikut beberapa langkah solusi yang bisa diterapkan:
1. Edukasi Digital sejak Dini
Sekolah perlu memasukkan kurikulum literasi digital sebagai bagian dari proses pembelajaran. Melalui pembelajaran ini, siswa diajarkan bagaimana menggunakan HP dan media sosial secara bertanggung jawab, termasuk risiko penyalahgunaan data pribadi.
2. Sistem Penyimpanan HP Sementara
Daripada menyita HP dengan ancaman, sekolah bisa menyiapkan kotak penyimpanan sementara di awal kelas. Siswa meletakkan HP secara sukarela dan mengambil kembali setelah jam pelajaran usai. Sistem ini telah berhasil diterapkan di berbagai negara seperti Jepang dan Korea Selatan.
3. Pemeriksaan Berdasarkan Kesepakatan
Jika terpaksa memeriksa isi HP karena ada kecurigaan kuat terkait pelanggaran berat, guru harus meminta persetujuan siswa dan jika perlu menghadirkan orang tua sebagai pendamping. Pemeriksaan dilakukan terbuka dan disaksikan siswa yang bersangkutan, bukan dilakukan secara diam-diam atau sepihak.
4. Pendekatan Restoratif
Daripada hukuman yang bersifat represif, pendekatan dialogis dan restoratif dapat menjadi jalan tengah. Misalnya, siswa yang melanggar aturan HP diminta membuat refleksi tertulis atau presentasi tentang dampak negatif penggunaan ponsel secara berlebihan.
Mengapa Privasi Siswa Penting Dijaga?
Di era digital saat ini, privasi menjadi bagian dari hak asasi manusia. HP bukan sekadar alat komunikasi, tetapi sudah menjadi ekstensi kehidupan personal seseorang menyimpan data, kenangan, hingga aktivitas digital yang bersifat sangat pribadi.
Melindungi privasi siswa adalah bagian dari menciptakan lingkungan belajar yang aman secara psikologis. Ketika siswa merasa aman, mereka akan lebih terbuka, nyaman, dan termotivasi dalam proses belajar. Sebaliknya, jika siswa merasa diawasi secara berlebihan, kepercayaan mereka terhadap lembaga pendidikan bisa luntur.