POSKOTA.CO.ID - Tanggul laut raksasa (Giant Sea Wall) kembali menarik perhatian setelah Presiden Prabowo Subianto mengumumkan rencananya untuk mewujudkan mega proyek ini di pantai utara Jawa.
Proyek ini akan membentang sepanjang 500 kilometer, mencakup wilayah dari Banten hingga Gresik, Jawa Timur, dengan perkiraan biaya mencapai US$80 miliar atau sekitar Rp1.280 triliun (dengan asumsi kurs Rp16.000 per dolar AS).
Meski kini ramai dibicarakan, ide pembangunan Giant Sea Wall sebenarnya sudah muncul sejak lama. Pada masa kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo (2007–2012), muncul rencana yang disebut Jakarta Coastal Defense System (JCDS).
Proyek ini digagas sebagai solusi atas banjir rob parah yang melanda Jakarta pada 2007, dan melibatkan kerja sama antara pemerintah pusat dengan konsorsium dari Belanda melalui Partners voor Water.
Baca Juga: Pastikan Pembangunan Hunian Tetap Berjalan Cepat, BNPB Adopsi Konsep Rumah Tahan Gempa
JCDS kemudian menjadi dasar bagi strategi pertahanan pantai Jakarta, yang kemudian diatur dalam Perda DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW 2030.
Dalam skala yang lebih luas, proyek ini berkembang menjadi National Capital Integrated Coastal Development (NCICD), dengan desain tanggul berbentuk burung garuda yang dijuluki Garuda Megah. Namun, baik JCDS maupun NCICD sama-sama memerlukan pendanaan yang sangat besar.
Biaya JCDS diperkirakan mencapai US$3,63 miliar (tahap 1), US$10,12 miliar (tahap 2), dan US$12,11 miliar (tahap 3). Sementara untuk NCICD, tahap A dan B membutuhkan dana sekitar US$40 miliar.
Prabowo menyatakan bahwa gagasan pembangunan tanggul ini sebenarnya sudah tercantum dalam rencana Bappenas sejak 1995, di era Presiden Soeharto. Bahkan, menurut Hashim Djojohadikusumo, perencanaannya sudah dimulai sejak 1994 karena adanya kekhawatiran akan kenaikan permukaan laut.
Baca Juga: Presiden Perintahkan Lanjutkan Pembangunan Fasilitas Pemerintahan di IKN
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung juga mendukung proyek ini. Jakarta akan mendapatkan bagian pembangunan sepanjang 19 kilometer, dengan anggaran sekitar Rp5 triliun per tahun.
Dana tersebut bisa berasal dari berbagai sumber, termasuk pengolahan sampah menjadi energi listrik.
Dengan sejarah panjang dan kebutuhan dana yang sangat besar, Giant Sea Wall menjadi proyek ambisius yang tidak hanya penting bagi Jakarta, tetapi juga bagi perlindungan wilayah pesisir utara Jawa dari ancaman perubahan iklim di masa depan.