Dalam eBook Vibrasi Cinta, @logikasakti menjelaskan bahwa ketertarikan terhadap relasi penuh ketegangan sebenarnya adalah refleksi dari trauma lama yang belum sembuh. Otak dan tubuh yang terbiasa hidup dalam pola “fight or flight” akan merasa asing ketika tidak ada krisis yang harus diatasi.
“Karena sebelumnya kamu kira cinta itu: butuh drama dikit biar terasa. Harus ada ‘kecemasan’ biar makin nempel. Harus ‘berjuang’ biar punya nilai.”
Padahal, cinta dewasa tidak membutuhkan itu semua.
Cinta dewasa adalah cinta yang menghadirkan ruang untuk bernafas, bukan perasaan tertindih. Cinta yang membuatmu bisa tenang, bukan terjebak dalam siklus emosi naik-turun.
Bagaimana Memulai Proses Rekalibrasi Cinta?
Jika kamu merasa pola ini akrab dalam hidupmu, maka kamu sedang berada dalam fase kesadaran yang penting. Berikut ini adalah empat langkah utama untuk mulai menyembuhkan dan membuka ruang bagi cinta yang sehat:
1. Kenali bahwa rasa nyaman itu bukan membosankan
Seringkali kita menyamakan “rasa aman” dengan “tidak bergairah.” Padahal, rasa nyaman adalah kondisi di mana sistem saraf tidak lagi berada dalam mode siaga. Ketika kamu bersama orang yang tidak memicu kecemasan, tubuhmu mulai bisa merasa tenang dan tidak waspada 24/7.
“Itu artinya nervous system kamu gak lagi ‘waspada 24/7’.”
2. Latih tubuhmu untuk percaya: cinta yang stabil juga valid
Menghadirkan kepercayaan baru dalam tubuh dan pikiran bahwa cinta yang damai itu nyata dan layak diperjuangkan, adalah bentuk healing yang dalam. Proses ini tidak instan, namun bisa dilatih lewat relasi, terapi, atau refleksi pribadi.
“Cinta gak harus bikin kamu susah tidur atau overthinking.”
3. Sembuhkan luka lama yang menyamakan chaos dengan chemistry
Salah satu tantangan terbesar adalah memisahkan antara adrenalin (yang sering salah kita tafsir sebagai chemistry) dan koneksi emosional yang sesungguhnya. Hubungan yang penuh pertengkaran, putus-nyambung, atau manipulatif bukanlah tanda cinta, melainkan trauma bonding.
“Biar kamu bisa bilang ‘aku siap dicintai tanpa harus luka duluan.’”
4. Sadari bahwa tidak ada drama bukan berarti tidak ada cinta
Kita perlu menyadari bahwa cinta yang sehat tidak selalu disertai ‘ledakan’ emosi. Ia hadir sebagai ruang yang aman dan penuh penerimaan. Itulah bentuk cinta yang dewasa — bukan yang membuatmu selalu bertanya-tanya, “Apakah aku dicintai?”