Menurut Pangeran, kemenangan atas China seharusnya sudah menjadi alarm peringatan bagi Indonesia.
Penampilan China yang dianggap tidak istimewa nyatanya masih mampu menahan serangan Indonesia hingga hanya satu gol tercipta dari titik putih.
"Nah, sehingga orang yang kemarin kaget melihat kita kok bisa kalah telak banget lawan Jepang, itu harusnya ketika kita lawan China, kita enggak kaget," ujarnya.
Baca Juga: Perubahan Peringkat FIFA Timnas Indonesia Usai Kalah 6-0 dari Jepang
Keduanya sepakat bahwa kritik seharusnya tidak dianggap sebagai serangan, tetapi sebagai dorongan untuk evaluasi dan kemajuan.
Publik punya ruang untuk menganalisis dan menyampaikan pendapat, selama tetap dalam koridor yang menghormati profesionalisme para pemain dan pelatih.
"Memang pada ujung-ujungnya, yang menentukan kan pelatih dan pemain. Pelatih dan pemain, urusannya sama federasi. Tapi kan penonton dalam hal ini, mau itu pandit, mau itu wartawan, mau itu pengamat, siapapun, kita kan levelnya sama: penonton. Dan penonton itu berhak untuk bersuara juga," tutup Pangeran.
Dengan kekalahan ini, Timnas Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk terus berkembang dan memperbaiki kualitas permainan, terutama dalam aspek penyelesaian akhir dan pertahanan.