Di daerah pedesaan, misalnya, isu pernikahan dini atau putus sekolah bisa lebih dominan. Sementara di perkotaan, persoalan urbanisasi, pengangguran, dan kesenjangan sosial menjadi relevan.
Dengan memasukkan isu-isu lokal dalam pembelajaran, siswa tidak hanya belajar secara teoritis, melainkan juga memahami bahwa pelajaran memiliki hubungan langsung dengan kehidupan mereka.
Membangun Ruang Praktik dan Kaderisasi
Pendidikan kependudukan tidak akan efektif jika hanya disampaikan secara satu arah. Sekolah perlu menyediakan ruang praktik seperti "Pojok Kependudukan", yang berfungsi sebagai pusat literasi, diskusi, dan produksi karya siswa.
Di tempat ini, siswa bisa menulis buletin tentang kesehatan remaja, membuat poster kampanye anti-narkoba, hingga menyusun data statistik lokal.
Selain itu, kaderisasi siswa perlu dilakukan melalui organisasi seperti PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) atau unit kegiatan Pramuka. Dengan demikian, pembentukan karakter dan kepemimpinan akan berkembang seiring dengan pemahaman isu-isu sosial.
Peningkatan Kapasitas Guru dan Fasilitator
Peran guru sangat sentral dalam keberhasilan SSK. Sayangnya, belum semua guru memiliki pelatihan khusus atau pemahaman mendalam tentang materi kependudukan. Banyak guru masih mengandalkan pendekatan ceramah dan kurang mampu membangun partisipasi siswa secara aktif.
Untuk itu, pelatihan berkala, workshop tematik, dan penguatan komunitas guru SSK perlu digalakkan. Guru harus dibekali dengan metodologi pembelajaran partisipatif, pendekatan berbasis proyek, dan kemampuan menggunakan media digital dalam penyampaian materi.
Sistem Evaluasi yang Menyentuh Perubahan Sikap
Evaluasi dalam program SSK selama ini masih didominasi oleh tes kognitif seperti pilihan ganda atau esai. Padahal, esensi utama dari pendidikan kependudukan adalah perubahan perilaku dan sikap siswa. Oleh karena itu, evaluasi harus bersifat holistik dan formatif.
Metode evaluasi seperti portofolio, jurnal reflektif, observasi sikap, hingga proyek lapangan lebih mampu menunjukkan apakah siswa memahami nilai-nilai yang diajarkan.
Dengan demikian, keberhasilan SSK tidak hanya diukur dari nilai, tetapi dari seberapa besar pengaruhnya terhadap kehidupan nyata siswa.
Baca Juga: Bikin Resah Warga, Polisi Hentikan Operasional Tempat Karaoke di Basement Plaza Ciputat Tangsel
Memperluas Kemitraan dengan Lembaga Terkait
Materi SSK akan lebih aktual dan kredibel jika didukung oleh narasumber eksternal yang kompeten. Sekolah perlu menjalin kemitraan strategis dengan lembaga seperti:
- BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) untuk edukasi perencanaan keluarga.
- BNN (Badan Narkotika Nasional) untuk kampanye anti-NAPZA.
- Dinas Kesehatan untuk pembinaan kesehatan reproduksi remaja.
- Kepolisian dan LSM untuk pembahasan pergaulan bebas, kekerasan seksual, dan kriminalitas remaja.