Sudah sejak lama tingkat kesepian menjadi perhatian global, bahkan dijuluki sebagai "epidemi kesepian."
Kekhawatiran ini semakin memuncak dengan adanya pandemi COVID-19. Data awal menunjukkan bahwa pandemi memang memperburuk situasi.
Sebuah studi dari Harvard Graduate School of Education menemukan bahwa lebih dari sepertiga warga Amerika mengalami "kesepian serius" selama pandemi, dengan dampak terbesar pada dewasa muda dan ibu dengan anak kecil.
Baca Juga: Digital Burnout? Ini Strategi Hindari Stres Akibat Kecanduan Gadget untuk Jaga Kesehatan Mental
"Manusia secara alami adalah makhluk sosial yang mendambakan interaksi dengan orang lain. Tanpa itu, kesehatan mental kita bisa memburuk secara signifikan," jelas Paraskevi Noulas, PsyD, seorang psikolog di NYU Langone Health.
Ia menambahkan bahwa dampak isolasi selama pandemi terhadap kesehatan mental masih terus berlanjut.
Meskipun menjaga jarak fisik adalah langkah krusial untuk melindungi diri dari COVID-19, efek jangka panjangnya terhadap kesepian masih perlu diamati.
Ding menyatakan bahwa pandemi bisa berdampak dua arah, yaitu mengganggu kehidupan sosial sehingga menyebabkan kesepian, atau justru memberikan kesempatan unik untuk terhubung dengan cara berbeda membuat jarak geografis bukan lagi penghalang koneksi.
DISCLAIMER: Artikel ini hanya berupa informasi umum dan bukan saran medis. Jika Anda mengalami hal serupa terkait kesehatan mental segera hubungi dokter atau profesional untuk mendapat penanganan yang tepat.