Kasus Covid-19 Turun, tapi Sub-Varian MB.1.1 Masih Beredar: Ini yang Perlu Diwaspadai

Sabtu 07 Jun 2025, 12:40 WIB
Waspada sub-varian Covid-19 terbaru! Meski gejalanya ringan seperti flu, kelompok rentan perlu ekstra hati-hati. (Sumber: Freepik/starline)

Waspada sub-varian Covid-19 terbaru! Meski gejalanya ringan seperti flu, kelompok rentan perlu ekstra hati-hati. (Sumber: Freepik/starline)

POSKOTA.CO.ID - Dunia mungkin sudah melonggarkan kewaspadaan terhadap Covid-19, tetapi virus penyebab pandemi ini ternyata belum berhenti bermutasi.

Beberapa negara Asia, termasuk Thailand, Singapura, dan Malaysia, kembali mencatat lonjakan kasus dalam beberapa pekan terakhir.

Peningkatan ini dikaitkan dengan kemunculan sub-varian Covid-19 baru seperti XEC, JN.1, dan LF.7 yang menunjukkan tingkat penularan lebih cepat.

Di Indonesia, situasinya relatif terkendali dengan kasus Covid-19 yang terus menurun. Data terbaru Kementerian Kesehatan menunjukkan hanya tiga kasus terkonfirmasi pada minggu ke-20 tahun 2025, turun drastis dari 28 kasus di minggu sebelumnya.

Baca Juga: Mengingat Kembali Gerakan 5M Kala Ada Peningkatan Kasus COVID-19 Belakangan Ini

Namun, para ahli mengingatkan bahwa kewaspadaan harus tetap dipertahankan, terutama dengan adanya sub-varian MB.1.1 yang kini mendominasi di Tanah Air.

Meski belum masuk dalam daftar varian yang diwaspadai WHO, MB.1.1 tetap menjadi perhatian karena kemampuannya menyebar dengan cepat.

"Gejalanya memang ringan, mirip flu biasa, tapi kita tidak boleh lengah," tegas Dr. Laura Navika Yamani, epidemiolog dari Universitas Airlangga.

Ia menekankan pentingnya deteksi dini dan langkah pencegahan untuk mencegah potensi lonjakan kasus di masa mendatang.

Sub-Varian MB.1.1 Mendominasi, tapi Kasus Masih Rendah

Data Kementerian Kesehatan per minggu ke-20 tahun 2025 menunjukkan penurunan signifikan kasus Covid-19 di Indonesia, hanya tiga kasus terkonfirmasi, turun dari 28 kasus di minggu sebelumnya.

Namun, para ahli tetap waspada terhadap sub-varian yang beredar, terutama MB.1.1, turunan dari JN.1 yang masih dalam keluarga Omicron.

Menurut Dr. Laura Navika Yamani, S.Si., M.Si., Ph.D., epidemiolog dari Universitas Airlangga (Unair), MB.1.1 belum masuk kategori Variants of Interest atau Variants Under Monitoring oleh WHO. Artinya, belum ada bukti bahwa sub-varian ini lebih berbahaya atau kebal vaksin.

"Gejalanya cenderung ringan, mirip flu biasa: batuk, pilek, demam, dan sakit kepala. Gejala khas seperti anosmia (hilang penciuman) sudah sangat jarang," jelas Laura, yang juga Ketua RC-GERID Lembaga Penyakit Tropis Unair.

Baca Juga: Waspada Lonjakan Covid-19 di Asia Tenggara, Dedi Mulyadi Ingatkan Warga Jabar untuk Tidak Panik!

Tetap Waspada, Terutama bagi Kelompok Rentan

Meski gejalanya ringan, kelompok berisiko tinggi, seperti lansia dan penderita komorbid, harus lebih berhati-hati. "Pada orang dengan daya tahan tubuh lemah, infeksi bisa berlangsung lebih lama atau memicu komplikasi," tegas Laura.

Ia menyarankan agar masyarakat segera memeriksakan diri jika mengalami gejala mirip flu. "Influenza dan Covid-19 sulit dibedakan secara klinis. Tes PCR atau antigen tetap diperlukan untuk memastikan," ujarnya.

Vaksin Masih Efektif, tapi Imunitas Alami Lebih Penting

Saat ini, belum ada rekomendasi booster tambahan dari pemerintah karena vaksin Covid-19 yang ada masih efektif melawan MB.1.1. Namun, Laura menekankan pentingnya menjaga imunitas alami:

  • Konsumsi makanan bergizi
  • Cukup tidur
  • Olahraga teratur
  • Perbanyak aktivitas di luar ruangan untuk dapatkan sinar matahari dan udara segar

Baca Juga: Waspada! 5 Negara Asia Alami Lonjakan Kasus Covid-19 Varian Baru di 2025, Perlukah Indonesia Waspada?

Masker Masih Dianjurkan di Situasi Tertentu

Meski tidak wajib, penggunaan masker tetap disarankan di tempat ramai dengan ventilasi buruk atau saat seseorang merasa kurang sehat. "Masker tidak hanya mencegah Covid-19, tapi juga penyakit lain seperti TBC yang masih tinggi di Indonesia," imbuhnya.

Protokol kesehatan 5M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, dan Mengurangi mobilitas) juga masih relevan, meski kini lebih berbentuk kesadaran diri daripada aturan ketat.

Pemerintah Diminta Perketat Pengawasan PPLN

Laura mengingatkan pentingnya pengawasan terhadap Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) untuk mencegah masuknya sub-varian baru. "Kita harus hidup berdampingan dengan virus ini, bukan dalam ketakutan, tapi dengan kesiapan," tutupnya.


Berita Terkait


News Update