Statuta PSSI Diubah, Kompetisi Daerah Diperkuat lewat Liga 4

Kamis 05 Jun 2025, 09:17 WIB
Ketua Umum (Ketum) PSSI, Erick Thohir Kongres Biasa PSSI 2025 di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, Rabu, 4 Juni 2025. (Sumber: PSSI)

Ketua Umum (Ketum) PSSI, Erick Thohir Kongres Biasa PSSI 2025 di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, Rabu, 4 Juni 2025. (Sumber: PSSI)

JAKARTA, POSKOTA.CO.IDKongres Biasa PSSI yang digelar Rabu, 4 Juni 2025 di Jakarta menghasilkan tiga poin penting perubahan statuta. Statuta PSSI 2019 kini resmi diubah menjadi Statuta 2025 dengan penekanan pada penguatan peran daerah dalam pengembangan sepak bola nasional.

Ketua Umum PSSI Erick Thohir menegaskan, perubahan ini membuka ruang lebih besar bagi daerah untuk menjadi ujung tombak persepakbolaan Indonesia.

"Yang terpenting dalam perubahan statuta itu bahwa peran sepak bola nasional sekarang tidak hanya bergantung di nasional itu sendiri, tetapi kita berharap justru sekarang ujung tombaknya ke daerah-daerah," ujar Erick.

Erick menjelaskan, dalam statuta baru, peran Asosiasi Provinsi (Asprov) diperkuat. Ketua Asprov tetap dipilih secara terbuka, namun mereka akan diberi kewenangan menunjuk ketua Asosiasi Kota (Askot) dan Asosiasi Kabupaten (Askab).

Baca Juga: Ribuan Suporter China Diprediksi Padati SUGBK, PSSI Ingatkan Jangan Ada Rasisme

Selama ini, kata Erick, koordinasi antara Asprov dan Askot kerap menemui kendala. Dengan sinergi yang baru ini, kompetisi akar rumput seperti Liga 4 bisa digelar secara berjenjang dari tingkat kota, lalu ke provinsi (Liga 3), dan seterusnya.

"Ketika bicara nantinya liga 4, itu akan di kota-kota selama 4 bulan. Lalu nanti juaranya liga 4 akan naik ke provinsi, itu kita putar ke liga 3. Artinya ada kesinambungan dan fleksibilitas," jelasnya.

Ia mencontohkan Bali, yang memiliki 9 kabupaten/kota dan 50 klub, namun hanya dua kota yang memiliki masing-masing 14 klub. Di tujuh kota lainnya, jumlah klub tidak cukup untuk kompetisi. Jika Asprov dan Askot mampu bersinergi, klub dari tujuh kota itu bisa digabung untuk tetap menggelar Liga 4.

"Denpasar 14 klub, satu kota lainnya 14 klub, yang 7 kota jumlahnya 22 klub. Mereka bisa bersatu, tidak ada ego sektoral," ucap Erick.

Menurutnya, ini akan memudahkan penyusunan kuota Liga 3 tingkat provinsi, seperti Denpasar 3, kota lain 3, dan sisanya diwakili oleh 8 klub dari 7 kota tersebut.

Kondisi geografis Indonesia juga turut dipertimbangkan. Erick menyinggung wilayah di Kalimantan Timur yang lebih dekat ke Kalimantan Utara.

Baca Juga: Rumor Transfer Persija: Thom Haye Disodorkan Kontrak 2 Musim, Macan Kemayoran Masih Tunggu Izin PSSI

"Apa kita diamkan mereka tidak main bola karena jarak lima jam? Kalau Asprov dan Askot bersatu, mereka bisa tukar supaya wilayah itu tidak masuk Kalimantan Timur tapi Kalimantan Utara karena jarak tempuhnya. Semua karena biaya," katanya.

Ia menegaskan, dengan luas wilayah Indonesia yang terdiri dari 17.000 pulau dan jarak antar wilayah mencapai 8 jam, pendekatan zonasi tidak bisa kaku.

"Tidak mungkin semua dibangun dari pusat, tidak cukup dana. Futsal masih minta, bola pantai belum kebagian. Distribusi kesejahteraan ini harus terjadi," tandas Erick.

Erick menyebut sistem baru ini akan diuji dalam dua tahun ke depan.

"Saya yakin sistem ini lebih merata, lebih jalan, tak ada ketimpangan," pungkasnya.


Berita Terkait


News Update