BEKASI, POSKOTA.CO.ID – Rencana pembongkaran bangunan liar di sekitar Universitas Islam “45” (Unisma), Bekasi, membuat pedagang kopi di bantaran Kalimalang merana.
Salah satunya Ikoh, 54 tahun, warga Margahayu, yang sudah enam tahun menggantungkan hidup dari warung kopi dan mie instan yang ia dirikan di lokasi tersebut.
Sebagai tulang punggung keluarga, Ikoh mengaku syok saat menerima surat perintah pembongkaran bangunan.
Ia bingung mencari penghasilan baru, apalagi saat ini masih harus membiayai kuliah anaknya.
Baca Juga: Pemkot Bekasi Tunda Pembongkaran Bangunan Liar di Sekitar Unisma, Ada Apa?
“Kemarin ada petugas datang, katanya suruh cepat kosongin. Tapi alhamdulillah pembongkaran ditunda sampai minggu depan. Tapi hari Sabtu udah harus bersih,” ujar Ikoh saat ditemui Poskota, Senin 26 Mei 2025.
Ikoh mengaku sudah dua kali menerima surat perintah pengosongan. Meski awalnya ia sempat lega karena dijanjikan pembongkaran masih lama, ternyata pelaksanaan dipercepat menyusul penertiban di bantaran Kali Gabus yang sudah lebih dulu dibongkar.
“Saya baru aja bayar kontrakan warung. Kirain masih lama, eh ternyata sekarang diburu-buru,” kata Ikoh.
Ikoh menyebut Warung kopi miliknya selama ini menjadi sumber penghasilan utama keluarga.
Bahkan, suaminya sudah berhenti dari usaha tambal ban demi fokus membantu usaha kecil itu.
“Selama saya berjualan disini, hasilnya bisa buat bayar semester anak, buat makan sehari-hari juga. Sekarang bingung banget, saya udah tua, nyari kerja susah, anak masih kuliah,” ujarnya.
Baca Juga: Satpol PP Bekasi Bakal Bongkar Bangunan Liar di Sekitar Unisma
Ikoh mengakui ada bantuan mobilisasi dari Dinas Tata Ruang (Distaru) Kota Bekasi, yang bersedia memfasilitasi pemindahan barang dagangan milik warga.
“Tadi sih katanya ada bantuan buat pindahan. Ya semoga beneran dibantu,” ucapnya.
Meski menyadari bahwa tanah yang ia tempati bukan milik pribadi, Ikoh berharap Pemkot Bekasi berbesar hati dan memikirkan nasib para pedagang kecil yang kehilangan mata pencaharian.
“Harapannya sih bisa dikasih tempat baru, kayak di Solo gitu. Jadi walaupun tempat sekarang dibongkar, kami masih bisa jualan di tempat yang resmi,” tuturnya.
Pendapatan warung kopi Ikoh per hari bisa mencapai ratusan ribu rupiah.
Bagi dirinya, pembongkaran bukan cuma soal kehilangan tempat, tapi juga ancaman masa depan keluarga.
“Saya cuma pengen bisa terus jualan. Itu aja,” tutupnya. (cr-3)