Hangatnya Kasih di Panti Yatim Indonesia, Rumah Penuh Harapan

Minggu 25 Mei 2025, 22:19 WIB
Panti Yatim Indonesia di Sukaasih, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, merangkul 8 anak yatim dan dhuafa. (Sumber: POSKOTA | Foto: Primayanti)

Panti Yatim Indonesia di Sukaasih, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, merangkul 8 anak yatim dan dhuafa. (Sumber: POSKOTA | Foto: Primayanti)

TANGERANG, POSKOTA.CO.ID - Di balik pagar putih di pinggir kota Tangerang, nampak berdiri bangunan dua lantai yang menyimpan banyak kenangan manis nan pilu.

Bangunan yang dimaksud dikenal sebagai Panti Yatim Indonesia yang terletak di Sukaasih, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, berdiri sejak tahun 2016.

Begitu melangkahkan kaki masuk ke dalam, suasana hangat dan suara tawa akan menyambut siapa saja yang datang.

Merangkul delapan anak yatim dan dhuafa sekaligus menjadi lahan di dalam hati untuk selalu bersyukur.

Baca Juga: Menelusuri Jejak Sejarah Spiritual di Masjid Pintu Seribu Periuk Tangerang

Fina selaku ibu Asrama yang kerap disapa Umi hadir di tengah-tengah mereka, memberi rasa nyaman dan damai.

"Mereka disini dicintai dengan tulus dan dibina. Dimulai dari usia 3 tahun sampai 12 tahun. Karena jika SMP kita biasanya antarkan ke pusat di Panti Yatim Bandung," ujar Fina.

Dengan usia yang belum matang, mereka diharuskan menghadapi suasana dan kondisi yang membuat bingung tapi tak bisa berujar.

Latar belakang yang berbeda membuat delapan anak panti harus siap jauh dari kedua orang tua dan keluarga.

Tidak jarang pula, ada yang menangis, melamun, dan menanyakan kehadiran orang tersayangnya dengan rasa rindu.

"Kalau ngomong rindu pasti ada. Apalagi ditinggal pertama kali sama orang tua. Nangis sampai berhari-hari. Namun saya tenangkan dan sampaikan kalau ini demi cita-cita mereka," ujarnya.

Baca Juga: Sultan Bojong Koneng di Bekasi, Kerap Bantu Orang Susah Hingga Kurban 10 Sapi Saat Idul Adha

Tatkala mereka juga kerap kali bertanya atas kasih sayang yang dirasakan jauh berbeda dengan teman sekolahnya.

Namun, kenyataan membawa mereka untuk hidup lebih mandiri, kuat, dan tangguh.

"Kalau temannya dianter jemput kadang nanya kok kita gak. Terus kalau duit jajan kan dikasih 5 ribu sedangkan temannya ada yang 10-15 ribu," katanya.

"Anak kecil kan biasanya punya banyak permintaan yang gak bisa dibeli dengan 5 ribu jadi saya ajarkan untuk sabar," lanjutnya.

Rumah Harapan

Menariknya, di tengah kondisi yang terhalang jarak dengan orang terkasih. Ada salah seorang anak, Reza 10 tahun yang memilih menabung untuk nantinya dikirimkan kepada sang ibu yang bekerja di luar kota.

"Reza itu anaknya baik sekali. Dia ke sini karena sudah yatim dan ibunya bekerja di luar kota. Jadi setiap kita kasih jajan dia memilih untuk menabung sepenuhnya. Bahkan dia juga memilih hanya menggoreng telur jika diberi uang lebih yang dapat dibelikan ayam goreng sebagai lauk," jelasnya.

Nyatanya, pahitnya hidup dijadikan Reza sebagai pembelajaran ke depan. Tak hanya menahan rindu, dia pun terbiasa menahan diri untuk tidak melakukan hal yang ia senangi.

Saat ini, demi memenuhi kebutuhan anak panti disana, Panti Yatim Indonesia mengandalkan biaya swadaya dan para donatur.

Fina mengucap syukur karena segala bentuk akomodasi masih terpenuhi dan tak pernah kekurangan.

Panti Yatim Indonesia ternyata bukan sekadar tempat tinggal. Ia adalah rumah, tempat pulang, bahkan titik awal bagi setiap harapan kecil yang kelak bisa berbuah besar. (CR-1)


Berita Terkait


News Update