Limbah Domestik yang Tidak Dikelola Berpotensi Bahayakan Kesehatan dan Lingkungan

Kamis 15 Mei 2025, 19:11 WIB
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD). (Sumber: Dok. Kominfo SDA Jakarta)

Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD). (Sumber: Dok. Kominfo SDA Jakarta)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta menyebut, air limbah domestik yang tidak dikelola dan diolah sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan, berpotensi mencemari lingkungan serta membahayakan kesehatan masyarakat.

"Misalnya air limbah domestik domestik yang langsung meresap ke dalam tanah akan mencemari tanah dan air tanah," kata Kepala Bidang Pengelolaan Air Limbah Dinas SDA Jakarta, Robby Dwi Mariansyah kepada Poskota, Kamis, 15 2025.

Robby mengatakan, air limbah domestik langsung dibuang ke badan air, maka saluran drainase, sungai, danau, hingga laut tercemar.

"Oleh karena itu, Pembangunan Sistem pengolahan Air limbah domestik Domestik (SPALD) Setempat (Tangki Septik dan/atau MCK) dan (Instalasi Pengolahan Air limbah domestik Domestik (IPALD) dan Jaringan Perpipaan) merupakan kebutuhan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang," ujarnya.

Baca Juga: Saluran Eksisting Disebut Mampu Atasi Limbah Domestik di Jakarta

Selain risiko serius dalam sisi lingkungan, adapula dari sisi kesehatan, sosial, dan ekonomi. Robby mengatakan, sisi kesehatan masyarakat banyaknya muncul penyakit berbasis lingkungan, seperti diare, kolera, hepatitis A, dan penyakit kulit bertambah.

"Permukiman informal dan padat menjadi episentrum penyebaran penyakit karena sanitasi buruk," katanya.

Sementaraa itu, risiko pada sisi sosial dan ekonomi, yakniu biaya kesehatan semakin mahal, penurunan produktivitas kerja, dan absen sekolah karena seringnya sakit.

"Air limbah domestik yang tidak terkelola dengan baik dapat menjadi sumber utama penyebaran penyakit berbasis lingkungan," ucap dia.

Baca Juga: Awas Jangan Gegabah! Pinjol Ilegal Langsung Cair, Pahami Bahayanya

Menurutnya, sekitar 71,770 m3 air limbah domestik dibuang ke sungai setiap harinya.

"Membuat sungai berwarna hitam dan berbau tak sedap. Limbah domestik yang tidak diolah merusak kualitas lingkungan secara jangka panjang," katanya.

Untuk menanggulangi hal itu, Robby mengungkapkan, pihaknya telah melakukan sejumlah langkah untuk menangani limbah domestik tersebut.

"Sesuai dengan rencana induk pengembangan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah domestik di Jakarta akan dilakukan pengembangan," kata Robby.

Baca Juga: DPR Minta Jepang Batalkan Rencana Pembuangan Limbah Radioaktif PLTN Fukushima ke Laut

Adapun langkah itu, ialah, pembangunan SPALD-Terpusat Skala Perkotaan, melalui JSS 15 Zona dengan prioritas pengembangan sampai dengan tahun 2030 adalah pengembangan pada Zona 1 dan 6.

"Sedangkan pentahapan untuk zona-zona lainnya masih dilakukan review untuk disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi terkini," ungkap Robby.

Selain itu, pembangunan SPALD-Terpusat Skala Permukiman, melalui Pembangunan SPALD-T Skala Permukiman sebagai percepatan pelayanan pengelolaan air limbah domestik bagi kawasan permukiman prioritas.

Robby menyebut, pihaknya juga membangun SPALD-Setempat Skala Komunal, melalui Pembangunan rehabilitasi MCK danatau tangki septik komunal pada lokasi prioritas.

Baca Juga: Wamen LHK Sebut Indonesia Memiliki Fasilitas Pengolahan Limbah Setara Negara Maju

Terakhir, SPALD-Setempat skala individual, melalui subsidi revitalisasi tangki septik rumah tangga untuk masyarakat yang sesuai dengan kriteria penerima manfaat subsidi.

"Kegiatan tersebut dilakukan secara berkelanjutan untuk memberikan dan meningkatkan pelayanan pengelolaan air limbah domestik domestik yang menyeluruh kepada masyarakat," ucap Robby.

Robby mengatakan, Dinas SDA terus berupaya meningkatkan capaian akses pelayanan air limbah domestik sehingga mencegah timbulnya penyakit yang disebabkan oleh buruknya kualitas air permukaan dan air tanah.

"(Serta) memperbaiki kualitas lingkungan khususnya kualitas air permukaan dan air tanah dan menyediakan sumber alternatif air baku dan air bersih dan sebagai sarana edukatif masyarakat untuk berpartisipasi menciptakan lingkungan sehat," ujar dia. (CR-4)


Berita Terkait


News Update